Ratih berdiri di dekat ranjang, jari-jarinya memilin ujung daster bunganya dengan gugup. Berbagai emosi berkecamuk dalam benaknya kemarahan, kerinduan, ketakutan, dan hasrat yang tak bisa disangkalnya. "Iya, wis suwe tenan," (lya, sudah lama sekali) jawabnya pelan, matanya tidak berani menatap langsung pada Karyo.Karyo duduk di tepi ranjang, melepaskan sandalnya. Gerakan sederhana yang pernah menjadi rutinitas harian kini terasa asing dan penuh makna. Dia menghela napas panjang, mendongak menatap istrinya yang masih berdiri dengan sikap defensif."Dik, aku kangen tenan, (Dik, aku sangat rindu) ucap Karyo lembut, tangannya terulur pelan. "Sak suwene aku nang Jakarta, ora ono bengi sing aku ora kelingan sliramu." (Selama aku di Jakarta, tidak ada malam yang aku tidak mengingatmu.)Ratih masih terdiam, tapi tatapannya mulai melembut. Enam bulan hidup tanpa suami, mengurus Dani seorang diri, tidur sendirian di ranjang ini-semua kerinduan dan kesepian itu tida
Last Updated : 2025-09-30 Read more