All Chapters of Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas: Chapter 91 - Chapter 100

Usia Ming Rui lebih tua dari Ming Hao. Status ini, ditambah kenyataan bahwa ibunya diangkat jadi nyonya kedua, membuatnya tak pernah melewatkan kesempatan untuk merendahkan sang adik. Di depan umum saja begini, apa lagi di belakang pintu tertutup. "Lancang!" Seruan Ming Lan mengagetkan semua orang. "Berani menghina Ming Hao, apakah kau tahu latar belakangnya seperti apa?"Dengan kemarahan yang dingin, Ming Lan menatap semua orang satu persatu. "Dia masih keponakan keluarga Xie, juga ipar kandung perdana menteri. Dengan status ini, masih berani merendahkannya?"Karena hubungan keluarga Xie dan Hua tak akur lagi, semua orang hampir lupa bahwa nyonya pertama adalah putri tunggal keluarga Xie. Selain itu, baik Ming Lan mau pun Ming Hao tak pernah mencoba mendekat. Akibatnya, semua orang berpikir bahwa kedua anak nyonya Xie adalah piatu yang tak punya sandaran. Ming Rui yang sudah terlalu lama merendahkan dua bersaudara, tak pedul

Ketika sampai di xiangfu, hal pertama yang dilakukan Ming Lan adalah meminta Xiaoting memeriksa kesehatan Ming Hao. Hal pertama yang dilakukannya adalah melihat denyut nadi. "Apakah anda sering merasa kepanasan atau kedinginan yang ekstrim secara tiba-tiba?" tanyanya memastikan dugaan. "Benar. Awalnya hanya sekali dalam beberapa bulan. Belakangan jadi semakin sering.""Pernah mual tanpa penyebab yang jelas?"Ming Hao berpikir keras. "Sepertinya dua bulan lalu saya pernah mual dan muntah padahal tidak memakan sesuatu yang reaktif."Xiaoting mencatat semua hasil pengamatannya sebelum memberi jawaban pada Ming Lan. "Furen, sepertinya shaoye terkena racun dengan efek lambat. Racun ini akan merusak organ dalam pelan-pelan hingga penderitanya jadi lemah dan kurus."Rasa marah membuat Ming Lan tanpa sadar mencengkeram pegangan kursi hingga kukunya tergores. Betapa kejam orang-orang ini melukai adiknya yang tidak bersalah.

Pertemuan dengan nyonya tua berakhir kacau. Hao Mei pergi dengan berurai air mata sementara Ming Wei tersenyum senang melihat rencananya berhasil. Berita mengenai hal ini tersebar cepat di seluruh xiangfu namun tak menghalangi jenderal Chu dan putra sulungnya memasuki istana memenuhi panggilan kaisar. Pagi-pagi sekali, pada hari kedelapan di tahun yang baru, pasangan ayah dan anak bersiap mengenakan jubah istana yang dikirim kasim sehari sebelumnya. Mereka tampak berwibawa saat berpamitan pada nyonya tua dan yang lainnya. Ketika anak dan suaminya sudah pergi, Hao Mei yang biasanya arogan, tiba-tiba datang ke paviliun Feng Yue. "Wah, sungguh kejutan menyenangkan melihat kakak ipar datang kemari pagi-pagi. Ada apa?"Ming Lan meletakkan sulamannya seraya menghampiri Hao Mei. Akhir-akhir ini dia memang lebih santai. Ada dayang istana yang mengurus pendidikan para gadis, dan tak ada lagi selir yang mengganggu ketenangannya untuk salam pagi

Sementara itu, di pelataran paviliun Shan Liang para gadis sedang menekuni kegiatan masing-masing. Ada yang menyulam, melukis, bahkan memainkan guzheng. Semua begitu indah dan hidup, seolah turun dari lukisan. Ketenangan ini buyar oleh kedatangan seorang pelayan yang biasa tinggal di sisi Lin Yue. Gadis itu membisikkan sesuatu, dan sebuah sebuah senyum samar terbit di bibir nona mudanya. "Katakan pada shaoye, aku mengerti." Sesudah mendengar persetujuan Lin Yue, pelayan tersebut lekas pergi. "Musik yang indah tiba-tiba berhenti. Sungguh merusak suasana." Shu Yi meletakkan sulamannya yang baru setengah jadi. "Tak tahu apakah ini terjadi karena tatapan para tuan muda di sana." "Nona Zheng bicara sembarangan, apakah karena cemburu dengan keahlianku?" "Cemburu? Hmph, hanya keahlian kecil, mana pantas disebutkan." "Nona Zheng bilang begini, saya jadi penasaran apakah sungguh bisa be

Masalah sudah sampai pada tahap ini, maka hanya satu jalan yang tersisa. Pembuktian. Ming Lan meminta dua pelayan menggeledah jubah Lin Jun, yang sibuk membela diri sambil meronta. Tak lama berselang, mereka menemukan sebuah surat kuasa untuk pencairan uang senilai lima ratus tael perak. Sepertinya, tuan muda Lin juga tidak benar-benar bodoh. Ada catatan tambahan di bagian bawah yang menuliskan imbalan untuk jasa kencan, serta tanda tangan Lin Jun. Dengan semua ini, bagaimana lagi dia bisa mengelak? "Ibu, anda harus percaya. Saya dijebak. Tolong jangan dengarkan orang jahat."Tangis dan rengekan Lin Jun membuat semua yang hadir menghela nafas. Tak disangka tuan muda Chu ternyata seorang pengecut bertulang lunak. "Bawa tuan muda ke ruangannya. Biarkan dia menenangkan diri," ujar Ming Lan. Sejurus kemudian, sosok Lin Jun pun lenyap dari pandangan. Hal ini membuat suasana lebih tenang. "Tuan muda Lin, putra kami akan