All Chapters of Jangan Menangis, Nona! Tuan Muda Akan Memanjakanmu : Chapter 141 - Chapter 150

Samantha menyentuh dada bidang Damien, pada bagian di mana nama miliknya terukir di sana. Dilihat dari bekasnya, sepertinya ini belum lama dibuat. “K-kapan Anda membuatnya?” tanya Samantha, pupilnya menerpa iris biru Damien yang terlihat menikmati ekspresinya sekarang ini. “Tadi,” jawabnya tanpa beban. “Anda masih belum sepenuhnya pulih. Kenapa malah menyiksa diri sendiri dengan membuat tato baru? Rasanya pasti sakit, ‘kan?” Damien menggeleng, tak membenarkannya. “Tidak, Samantha. Tidak sakit.” “Berhentilah melukai diri sendiri mulai hari ini. Meski kelihatan cocok, tapi saya tidak suka kalau Anda harus merasakan sakit.” Kedua sudut bibir Damien menunjukkan senyuman. Manis tak terperi saat Samantha kembali dibuat terpaku dengan deretan tinta yang terukir abadi di dadanya itu. Ada namanya, SC rupanya benar untuk Samantha Celestine. “Ini tidak ada apa-apanya ketimbang saat dulu kamu memintaku menjauh,” balas Damien. “Dengan begini, setidaknya kamu tahu kalau aku sungguh

Samantha menoleh pada Nyonya Maria yang tampak menunjukkan senyumnya. Matanya perih mendengar tanya dari Damien yang baru saja menanyakan apakah benar sang ibu bicara. Seakan itu adalah penantian yang sangat lama didamba ia dan ayahnya. “Wah ... kalau begini, Ibumu benar bisa bicara kembali seandainya terus di dekat Samantha, Damien,” ujar Tuan Gerard, beliau memandang anak lelakinya yang selangkah maju dan mendekap sang Ibu yang baru saja melepaskan pelukannya dari Samantha. Melihat pemandangan manis yang ada di sekitarnya ini, Samantha seperti menjadi saksi penting akan terjadinya sebuah momen. “Walaupun masih satu kata, selamat, Ma,” kata Damien. Tuan Gerard menambahinya dengan mengatakan, “Ibunya Damien selalu hadir di setiap sesi konsultasi dan terapi, Samantha. Sejak kecelakaan, dia memang divonis menderita dysarthria. Kesulitan bicara, dan bahkan memiliki kemungkinan kehilangan kemampuannya. Tapi sepertinya ... hari ini kami harus mempercayai bahwa keajaiban itu benar-benar

.... Damien tak menjawab Samantha, ia masih terus melangkah maju saat gadis itu mengatakan perihal ia yang akan pulang besok pagi-pagi agar segera bisa menemui anaknya. Damien mengarahkan tangannya ke depan, menyentuh pipi Samantha dan mengusap bibirnya. Tangan kekar Damien melingkari pinggang Samantha, mendekatkan wajah untuk mengendus pipinya yang wangi bunga iris. Gadis itu tampak bingung bagi Damien, ada seberkas penolakan tetapi juga penerimaan di saat yang bersamaan. Samantha pasti mencium wangi wine dari bibirnya sehingga menanyakan apakah ia mabuk. Keheningan yang diberikannya ini hancur saat jeritan Samantha terdengar. “Ahh—“ Damien menghempaskannya di atas ranjang. Mengunci tubuhnya dengan menempatkan pinggul Samantha di antara kedua kakinya. “Apa yang kamu lakukan?” Rintihannya terdengar kala Damien menunduk untuk menjatuhkan bibirnya dan singgah di leher Samantha. Awalnya ia hanya ingin memberi kecupan, tapi gejolak di dalam dirinya menerobos batas leb

.... “Maaf, tapi aku masih belum selesai.” Damien berbisik seraya memasuki Samantha lebih dalam, merengkuh gadis itu yang telah kehilangan sebagian besar tenaganya karena hentakan manis Damien yang bertubi-tubi. Dengan posisi ini, Damien bisa menyusuri setiap lekuk tubuh Samantha yang sempurna. Berulang kali ia mengecup punggung mulusnya, meninggalkan gigitan dan kecupan basah pada tubuhnya yang wangi. Benar memang Samantha telah memiliki seorang putri, tapi ia sangat sempurna. Sayangnya ... kesempurnaan ini tak bisa dilihat oleh Erick yang buta akan kecantikannya. Damien tahu Samantha adalah istri yang baik. Keberadaanya yang setia di sisi Erick sekalipun ia diperlakukan dengan tidak baik telah menunjukkan betapa ia adalah seorang perempuan yang setia. Damien tak tahu berapa banyak lagi ia melakukannya. Setiap pelepasannya usai, ia merasa tak pernah cukup. Dari depan, dari punggung Samantha, akhirnya ia membiarkan gadis itu terlelap setelah kelelahan. Kemudian saat fajar menyi

Rasanya benar-benar pening. Sebagian dari diri Samantha melayang, tidak ada di atas ranjang saat kecupan beberapa detik itu terjadi. Damien memikatnya secara sempurna. Apalagi dengan panggilan yang membuat Samantha merasa tubuhnya mendadak tak bertulang. Ia ditarik mundur ke belakang, rengkuhan tangan Damien membawanya kembali berbaring dengan nyaman. “Tutup matamu, aku akan bilang pada ayah dan ibumu kalau semisal nanti kamu masih belum baikan. Kita bisa menginap di sini nanti malam.” Samantha tak cukup tenaga untuk menjawab. Ia menuruti Damien untuk menutup matanya. Efek obat yang tadi diminumnya memberinya rasa kantuk. Ia meringkuk di bawah selimut lembut saat belaian tangan Damien singgah di pipinya berulang kali. Rasa aman yang diterimanya ini seperti sedang menggoda Samantha bahwa ia memang bisa mempercayakan dirinya pada Damien. Perihal alasan pria itu mencari tahu banyak hal tentangnya ... nanti, akan Samantha tanyakan lagi jika kondisinya lebih baik. Saat matanya bena