All Chapters of Terjerat Hasrat Nyonya Muda: Chapter 41 - Chapter 50

Pagi hari.Matahari baru saja naik, namun sinarnya yang hangat seolah tak mampu menembus hawa dingin yang menyelimuti para pelayan yang berdiri berbaris rapi di hadapan pintu utama. Derap langkah berat terdengar dari dalam rumah, ritmenya mantap dan penuh wibawa.Mark muncul dari balik pintu, mengenakan setelan jas gelap yang disetrika sempurna. Tatapan matanya dingin, memindai wajah demi wajah pelayan yang berdiri menunduk sopan. Eliza tidak tampak di sana; hanya para pekerja rumah tangga yang kini menunggu, tak tahu alasan mereka dikumpulkan begitu mendadak.“Baik,” suara Mark memecah keheningan.“Mulai hari ini, ada peraturan baru yang berlaku di mansion ini.” Ia berhenti sejenak, memastikan semua mata tertuju padanya. “Tidak satu pun pelayan diizinkan menjalin hubungan asmara sesama pelayan selama bekerja di sini.”Beberapa pelayan saling melirik, namun tak ada yang berani mengangkat kepala. Mark melanjutkan dengan nada yang lebih dingin, “Hal ini berlaku untuk semua orang—tanpa pe

Langkah kaki Mark terdengar tegas di lorong sempit itu, suaranya menggema di antara dinding beton dingin. “Lepaskan dia!” teriaknya, membuat semua orang menoleh. Pria bertubuh tegap yang sejak tadi menodongkan pistol ke kepala Zavier sempat terhenti, namun tatapan matanya tidak berubah, dingin dan penuh niat membunuh.Namun yang terjadi justru di luar dugaan. Rahang pria itu mengeras, senyumnya tipis namun menyeramkan. “Saya tidak akan berhenti,” ucapnya pelan tapi penuh tekanan. “Saya tidak pernah mengampuni siapa pun yang saya serang.” Ujung pistolnya kembali menempel di pelipis Zavier.Mark merasakan dadanya mengencang. Dia tahu pria itu bukan sekadar preman, dia pemburu yang tak pernah gagal. “Zavier!” seru Mark tiba-tiba, nada suaranya seperti perintah yang tak bisa ditolak.Zavier yang sejak tadi berlutut di lantai langsung bereaksi. Dalam sepersekian detik, tangannya menepis laras pistol ke samping lalu memutarnya dengan teknik cepat. Pelatuk nyaris tertekan, namun sebelum pel

Mobil hitam yang dikendarai Zavier berhenti tepat di depan hotel mewah. Dari balik kaca, dia bisa melihat beberapa tamu penting berjalan masuk, melewati karpet merah dan disambut pelayan berseragam rapi.Begitu mobil berhenti sempurna, Zavier segera turun, langkahnya cepat namun tetap menjaga wibawa. Dia bergegas membuka pintu untuk Mark, lalu beralih ke sisi lain, membukakan pintu untuk Eliza. Pandangannya tak bisa lepas dari wanita itu—gaun silver gemerlap yang membalut tubuh Eliza, dengan leher putih mulus yang terekspos itu, membuat jantung Zavier berdetak lebih cepat.Seandainya saja dia bisa ikut masuk, pikir Zavier. Dia ingin berada di sana, melihat Eliza dari dekat, memastikan tidak ada orang yang berani menyentuhnya. Namun, suara Mark membuyarkan pikirannya.“Kau tetap di sini, jaga mobil,” ujar Mark datar, sebelum menepuk bahu Zavier seperti memberi perintah pada seorang bawahan.Zavier menahan kecewa di dadanya, hanya mengangguk pelan. “Baik, Tuan.”Sementara itu, dari mobi

“Maaf Zavier aku harus segera kembali. Mark pasti mencariku.”“Hmm, pergilah.” Zavier tersenyum tipis, sebenarnya dia tidak rela membiarkan Eliza pergi. Tapi mau bagaimana lagi, dia juga harus kembali ke luar sebelum ada yang melihatnya.Beberapa menit kemudian ....Eliza berdiri di sisi Mark, bibirnya menegang tipis, pikirannya masih berkecamuk mengingat insiden di toilet tadi—saat pria asing itu mencoba menyeretnya keluar, dan Zavier datang di detik terakhir untuk menyelamatkannya.Pelan, Eliza mencondongkan tubuhnya, mendekat ke telinga Mark."Mark, aku ingin pulang," bisiknya, suaranya begitu rendah dan memohon. Dia benar-benar merasa tidak nyaman di sana.Mark melirik sekilas, alisnya terangkat. "Tapi acaranya belum selesai, El," jawabnya datar, seakan keberatan dengan permintaan itu.Eliza ingin sekali langsung menceritakan kejadian di toilet—bagaimana nyawanya nyaris dalam bahaya, bagaimana Zavier menyelamatkannya. Tapi belum sempat kata-katanya keluar, Mark sudah mengalihkan

Setelah pintu kamar tertutup rapat, Eliza menarik napas panjang. Suasana rumah seketika menjadi lebih tenang, tapi justru membuat detak jantungnya terasa lebih nyaring. Ia melangkah pelan menuju jendela besar di ruang tamu, memastikan mobil Mark sudah benar-benar pergi.Begitu yakin, ia berbalik, matanya langsung mencari sosok yang sejak tadi memenuhi pikirannya—Zavier.Langkahnya cepat namun hati-hati. Dia tahu Mark sering meninggalkan “mata-mata” di rumah, entah pelayan atau anak buahnya sendiri yang berpura-pura sibuk tapi sebenarnya mengawasi.Ia menemukan Zavier di taman belakang, sedang memeriksa pagar besi dan memotong ranting yang menjuntai. Wajah pemuda itu basah oleh keringat tipis, kaos hitamnya melekat di tubuh, memperlihatkan otot-otot yang terbentuk. Eliza memandanginya beberapa detik, hatinya terasa berdesir.“Zavier …” panggilnya pelan.Zavier menoleh, sedikit terkejut melihat sang nyonya berdiri di sana. “Nyonya, ada apa?” tanyanya sambil meletakkan gunting tanaman.E