Share

Pebisnis licik

Author: Rafasya
last update Huling Na-update: 2025-08-14 08:20:39

Pagi hari.

Matahari baru saja naik, namun sinarnya yang hangat seolah tak mampu menembus hawa dingin yang menyelimuti para pelayan yang berdiri berbaris rapi di hadapan pintu utama. Derap langkah berat terdengar dari dalam rumah, ritmenya mantap dan penuh wibawa.

Mark muncul dari balik pintu, mengenakan setelan jas gelap yang disetrika sempurna. Tatapan matanya dingin, memindai wajah demi wajah pelayan yang berdiri menunduk sopan. Eliza tidak tampak di sana; hanya para pekerja rumah tangga yang kini menunggu, tak tahu alasan mereka dikumpulkan begitu mendadak.

“Baik,” suara Mark memecah keheningan.“Mulai hari ini, ada peraturan baru yang berlaku di mansion ini.” Ia berhenti sejenak, memastikan semua mata tertuju padanya. “Tidak satu pun pelayan diizinkan menjalin hubungan asmara sesama pelayan selama bekerja di sini.”

Beberapa pelayan saling melirik, namun tak ada yang berani mengangkat kepala. Mark melanjutkan dengan nada yang lebih dingin, “Hal ini berlaku untuk semua orang—tanpa pe
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   99 cambukan

    “Bawa cambuk besi itu kemari!” perintah Mark.Eliza yang semula menunduk, seketika mendongak.Salah satu pengawal mengangguk dan keluar sebentar, lalu kembali dengan membawa sebuah cambuk panjang. Cambuk itu bukan cambuk biasa—terbuat dari kulit hitam tebal dengan ujung-ujung rantai kecil dari besi, yang berkilat dingin di bawah cahaya lampu minyak. Setiap ujung rantai itu memiliki kaitan kecil, tajam, yang bisa merobek kulit hanya dengan sekali sabetan.Zavier membuka matanya, menatap benda itu. Hatinya bergetar, tubuhnya yang lemas tiba-tiba seakan disuntik ketakutan. Ia tahu, sekali saja benda itu mendarat di tubuhnya, dagingnya akan terkoyak. Namun ia tidak berteriak, tidak memohon, hanya menatap lurus ke arah Eliza.“El … kau lihat itu?” Mark berbisik di telinga istrinya, namun cukup keras untuk membuat Zavier mendengar. “Cambuk besi. Setiap sabetannya akan meninggalkan luka seumur hidup. Aku akan pastikan bajingan itu merasakan penderitaan yang tak pernah ia bayangkan.”Eliza me

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   Katakan pada ibu, aku sangat mencintainya.

    “Zavier!!!”Ruby menatap nanar ke arah keponakannya yang masih terikat dengan rantai besi di kedua tangan, tubuhnya menggantung lemas di dinding lembab ruang bawah tanah itu. Cahaya temaram dari lampu minyak membuat wajah Zavier terlihat penuh luka, lebam, dan darah kering. Napasnya tersengal-sengal, dadanya naik turun dengan berat, dan matanya setengah terbuka, hampir kehilangan cahaya hidup.Tanpa pikir panjang, Ruby segera menutup pintu ruang bawah tanah itu dengan cepat, lalu berlari mendekat. “Astaga, Zavier … apa yang mereka lakukan padamu …” suaranya pecah.Zavier mengangkat wajahnya dengan susah payah. Saat menyadari sosok di depannya, ia tertegun, lalu berusaha berbicara meski suaranya serak. “Bi-Bibi … kenapa kau kemari? Ini terlalu berisiko … untukmu.”Ruby menggeleng keras, air matanya menetes jatuh membasahi pipi. “Aku tidak peduli, Nak. Aku tidak bisa diam melihatmu begini. Kau pasti lapar dan haus, kan? Ini …” Ruby membuka keranjang kecil yang dibawanya. Di dalamnya ada

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   Siapa di sana?

    Pagi hari.Suasana di mansion keluarga Willson terasa berbeda. Biasanya lorong-lorong dipenuhi suara tawa kecil para pelayan saat bergegas menjalankan tugas, namun kali ini, hanya ada bisikan-bisikan samar yang penuh ketegangan. “Kau dengar tidak semalam?” ucap seorang pelayan wanita.“Apa?“Pelayan wanita itu hendak bicara, tapi dia tK sengaja melihat seorang anak buah Mark yang melintas.“Ssttt, nanti saja ada orang. Nanti aku ceritakan.”Setiap orang berjalan dengan wajah muram, mata mereka saling melirik, seakan membawa rahasia besar yang tak sanggup diucapkan lantang.Kabar itu menyebar cepat—bahwa Zavier, pelayan muda yang selama ini dikenal ramah, sopan, dan rajin, telah berani menodai sang Nyonya, Eliza Willson. Desas-desus itu terdengar pertama kali dari mulut penjaga yang malam sebelumnya mendapat perintah langsung dari Mark untuk mengosongkan sekitar kamar utama. Cerita berkembang liar, ditambahi bumbu dari mulut ke mulut hingga menjadi gosip besar.“Benarkah Zavier … bera

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   Penyiksaan

    Mark berdiri tegak, wajahnya penuh bara amarah. Rahangnya mengeras, tatapan tajamnya tak pernah lepas dari Zavier yang masih terkapar di lantai, babak belur. Suaranya menggelegar, dingin namun penuh dendam.“Bawa dia,” ujarnya lantang, menunjuk Zavier dengan telunjuknya. “Masukkan dia ke dalam ruang bawah tanah. Jangan ada yang memberi makan atau minum. Tapi sebelum itu … pukuli dia sampai tak bisa bangun!”Perintah itu bagaikan vonis mati. Dua anak buah Mark, pria bertubuh kekar dengan wajah tanpa ekspresi, langsung maju. Mereka menunduk sedikit memberi hormat sebelum meraih tubuh Zavier dengan kasar.Eliza sontak terbelalak. Tubuhnya gemetar, matanya membesar. “Mark, jangan! Itu terlalu kejam!” serunya dengan suara panik, air mata masih mengalir di pipinya. Namun, teriakan itu hanya disambut tatapan dingin sang suami.“Diam, Eliza,” ucap Mark ketus. “Aku tak akan membiarkan bajingan itu lolos setelah berani menodai keluargaku. Jika kau masih membelanya, aku justru akan semakin curig

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   Dusta

    Zavier sontak terlonjak turun dari ranjang, tubuhnya kaku panik. Selimut yang menutupi mereka segera diraih Eliza dengan tangan gemetar, dia menutup tubuhnya rapat-rapat, wajahnya pucat pasi. Napasnya tersengal seolah baru saja tertangkap basah melakukan dosa terbesar dalam hidupnya.Sementara itu, Mark melangkah maju dengan tatapan menyala penuh amarah. Setiap langkahnya terdengar berat, menghantam lantai kamar bagaikan dentuman yang menyeramkan. Matanya menajam, penuh kebencian, seolah siap merobek siapa pun yang ada di hadapannya.Zavier terburu-buru meraih kemeja yang tadi tergeletak di lantai, tangannya gemetar berusaha mengenakannya. Namun sebelum sempat ia memasang satu kancing pun—BUGHH!Tinju Mark mendarat telak di wajahnya. Pukulan keras itu membuat kepala Zavier terhuyung ke samping, tubuhnya jatuh terjerembap ke lantai. Darah segar langsung merembes dari sudut bibirnya.“BAJINGAN KAU! Beraninya menyentuh istriku!” teriak Mark, suaranya menggema penuh amarah. Wajahnya mera

  • Terjerat Hasrat Nyonya Muda   Melepas hasrat

    Malam hari.Jarum jam dinding perlahan merambat menuju angka delapan. Suasana mansion mulai hening, hanya terdengar langkah para pelayan yang sibuk beres-beres sebelum beristirahat. Lampu-lampu gantung menyala temaram, menciptakan bayangan panjang di setiap sudut lorong.Zavier duduk di tepi ranjangnya, kepala menunduk. Jemarinya terus meremas kain celana seolah mencoba menahan gejolak dalam dadanya.“Jam delapan …” bisiknya pelan. Napasnya tersengal. “Aku harus menemuinya, atau sebaiknya tidak?”Ingatan akan pelukan Eliza sore tadi membuat dadanya berdesir. Kata-kata wanita itu terus terngiang di telinganya. “Aku merindukanmu, Zavier … tolong, hanya sekali ini saja.”Zavier menggenggam kepalanya. “Sial, kalau aku pergi, aku mengkhianati semua batas. Tapi kalau aku tidak datang … aku akan menyakitinya. Dia pasti menunggu.”Detak jantungnya semakin keras, mengalahkan suara detik jam di dinding.Perlahan, ia bangkit. Kakinya melangkah keluar kamar, menyusuri lorong dengan hati-hati. Set

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status