Sudah beberapa hari ini Eliza tampak tidak enak badan. Tubuhnya memang tidak sakit parah. Meski begitu, dia tetap berusaha menutupi kelemahan itu di hadapan siapa pun. Eliza tidak pernah mau terlihat rapuh, terutama di depan Mark, suaminya.Brak!Pintu kamar terbuka, Mark masuk dengan wajah datar. Tangannya memegang sebuah amplop berwarna emas dengan hiasan timbul. Tatapannya tajam, membuat Eliza sedikit gelisah.“Apa itu, Mark?” tanya Eliza sambil berusaha terdengar santai.“Undangan yang belum dibagikan,” jawab Mark singkat, suaranya datar namun tegas.“Undangan?” Eliza mengerjap.“Pesta akan diadakan besok malam.”“Oh …” Eliza mengangguk pelan.“Ya,” lanjut Mark, menaruh amplop itu di atas meja rias. “Siapkan dirimu. Menantu keluarga Willson harus tampil sempurna, tidak boleh ada cela sedikit pun.”Eliza menarik napas panjang, mencoba menelan rasa kesal yang menyesak di dada. “Hmm, ya. Aku akan pergi ke butik hari ini.”Mark langsung menoleh, tatapannya menusuk. “Tidak. Kau tetap d
Last Updated : 2025-09-03 Read more