“Bulan madu kami ditunda minggu depan. Mark ada urusan bisnis mendadak, jadi … dia berangkat sendiri,” ujar Eliza pelan, suaranya lirih, seakan ingin menguji reaksi Zavier.Zavier terdiam. Sekilas ada cahaya kecil dalam hatinya, rasa lega yang ia sendiri benci untuk dirasakan. Namun, ia cepat-cepat menutupinya, wajahnya tetap datar. “Oh,” gumamnya singkat.Namun sebelum ia sempat menambah kata lain, Eliza tiba-tiba melangkah cepat ke arahnya. Kedua lengannya terangkat, lalu membungkus tubuh Zavier erat-erat. Tubuh Eliza bergetar dalam pelukannya, dan itu membuat Zavier membeku.“Nyonya …,” Zavier tercekat, tubuhnya kaku. “Nanti ada yang melihat kita.” Matanya melirik kanan-kiri, seakan bayangan para pelayan bisa muncul dari balik semak kapan saja.Tapi Eliza justru semakin merapatkan pelukannya, kepalanya bersandar di dada Zavier. Aroma parfum lembutnya memenuhi indera penciuman Zavier, membangkitkan sejuta kenangan.“Aku merindukanmu, Zavier,” bisiknya pelan, seolah setiap kata diper
Last Updated : 2025-08-23 Read more