Semua Bab Legenda Pendekar Biru: Bab 811 - Bab 820

Wush!Sosok pria bertubuh besar yang memiliki mata merah bara melesat menghunuskan pedang ke arah Ratu Ambar.“Hahaha, satu tusukan pedangku sudah lebih dari cukup untuk melenyapkanmu bedebah! Rasakan ini!” teriak panglima kegelapan mengincar jantung Ratu Ambar.Gerakannya amat cepat sehinga mata sebagian pendekar tidak akan mampu melihatnya. Terlebih Ratu Ambar kala itu tengah sibuk mencincang puluhan prajurit musuh sehingga perhatiannya teralihkan.Sedangkan Kanjeng Ratu Kidul, Dewi Utari, Ratu Isyana, dan Prabu Dewangga berada agak jauh dari tempatnya.Sieng!Ujung pedang panglima kegelapan menderu nyaris mendekati sasaran. Sehingga nyawa ratu Ambar dapat dipastikan tidak akan terselamatkan.Namun tepat sebelum pedang tersebut tiba, Putri Widuri seketika muncul di sisi Ratu Ambar.“Pedang salju, dinding mengekang jagat!” teriak Putri Widuri.Wush! Jleg!Dinding es raksasa yang amat kokoh seketika muncul menghadang laju pedang lawan membuat gerakan musuh langsung terhenti waktu itu

Sesaat setelah saling mewaspadai, dua kubu berbeda jumlah di dalam dimensi batas ruang dan waktu kembali bertempur.Namun kali ini kelompok Galuh sedikit menahan diri karena mereka harus menghemat energi guna menghadapi Nawadurja yang mungkin sebentar lagi akan datang.Tetapi meski demikian, kerjasama kelompok Galuh sekarang sudah sangat matang berkat strategi perang yang Arga rancang.Arga membagi pasukan berdasarkan tingkat kekuatan mereka, kemudian menempatkan semua orang secara terpisah dengan menggunakan pola zigzag. Yakni 4 banding 1, 4 yang memiliki kanuragan lemah, sedangkan satu dia yang memiliki kanuragan kuat.Posisi pasukan hanya terdapat satu barisan panjang yang membentang mengelilingi tubuh Lintang.Dengan begitu, mereka bisa bertarung saling membantu, saling menutupi kelemahan masing-masing, membuat pertahanan mereka menjadi lebih kokoh dan tanpa celah.Alhasil jangankan para prajurit, dengan formasi seperti itu, semua panglima sakti sekali pun menjadi kebingungan tida

Menyaksikan kehadiran mahluk lain yang cukup kuat, raja Mulu mulai menarik napas lega di mana dengan adanya ketiga Batara nakal, maka Nawadurja mungkin akan bisa dikalahkan.“Para kesatria yang unik, hahaha,” raja Mulu tertawa.Sementara Arga, Balada dan yang lain menggeleng, tidak dapat memahami karakter mereka.Namun sama seperti Raja Mulu, semua orang juga menjadi tenang akan kehadirannya karena kesaktian Putra Semar selalu bisa diandalkan.“Hahaha, ayo kita jangan lengah. Sekarang sudah ada yang menangani para panglima lawan!” seru Arga dengan tawa.“Hmmm,” angguk semua orang serentak.Selanjutnya Arga, Zufu, para putra Batara, Mutiara Sendayu, Putri Asmara, Atmarani, putri Widuri, Putri Arum, Madu Lanang, Bawana, Ratu Isyana, Ratu Ambar, Kanjeng Ratu Kidul, Dewi Utari, Prabu Prabaskara Wardana, Raden Buana, Prabu Datuk Lhangkem Lhamuri bersama para kesatria semesta dan penguasa Alam Arcamaya berjuang habis-habisan untuk melenyapkan sisa pasukan lawan.Sedangkan Balada, Putri Purb

“Itu tugasmu sebagai ahli siasat untuk memikirkannya,” jawab Batara Nala.“Kau tidak membantu, paman,” Arga menepuk jidatnya sendiri.“Hahaha, terserah!” Si Gareng tertawa.“Berapa banyak waktu yang kau butuhkan untuk berpikir bocah?” tanya Batara Astrajingga.“Aku tidak tahu paman Cepot, mungkin 100 - 200 hitungan napas,” jawab Arga ragu, sedangkan saat ini lautan pasukan musuh sudah semakin mendekat.“Baiklah! Kami mungkin bisa mengusahakannya,” angguk Si Cepot.Sebelum memanggil kedua adiknya untuk maju menghadang pasukan lawan, Si Cepot terlebih dahulu melirik ke arah Raja Mulu seakan menyadari bahwa sosok tersebut bukanlah mahluk sembarangan.“Menarik, hehehe,” ujar Si Cepot terkekeh.“Adik, apa kau akan ikut?” tanya Si Cepot kepada Galuh.“Tentu saja kak,” angguk Galuh.“Kau bagaimana anak muda?” Si Cepot melirik ke arah Balada.“Aku ikut tuan,” angguk Balada.“Paman?” kini pandangan si Cepot tertuju kepada Batara Guru.“Tanpa kau tanya pun aku memang sudah berniat, Astrajingga,

“Anjing! Si-siapa yang tadi menyerang kita?” umpat Si Gareng memaki tidak jelas membuat Jinku Sako yang menolongnya bingung karena dia belum pernah bertemu dengan mahluk sekasar itu.Galuh sendiri terluka parah di pangkuan Balada, tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena serpihan jantung samudra di dalam tubuhnya mampu menyerap racun kegelapan.“Hihihi, lemah! Hanya seperti itu, kalian berani menantangku? Sungguh memalukan!” tiba-tiba terdengar suara anak kecil entah dari mana, yang jelas tekanan energi anak tersebut amat sangat menekan, membuat para Jinku menelan ludah secara bersamaan.“Na-na—nawadurja,” wajah para Putra Batara seketika memucat.“Na-nawadurja?” Batara Guru langsung melirik ke arah putra Sulungnya.“I-itu suara Nawadurja Rama,” ungkap Batara Sambu dengan tubuh menggigil ketakutan di mana dari semua orang, hanya para putra Bataralah yang pernah bertemu dengan mahluk itu.“Celaka!” Arga segera membawa Galuh menghampiri Raja Mulu.“Ayo cepat!” Jinku Pusana yang