Semua Bab Legenda Pendekar Biru: Bab 791 - Bab 800

“Maafkan aku, aku tahu ini semua berat bagi kalian. Namun sebagai kesatria, kewajiban kita adalah berusaha dengan apa yang kita miliki,” tutur Lintang.Suasana seketika hening mendengar itu, semua orang tenggelam memikirkan apa yang Lintang katakan.Hingga pada akhirnya, mereka mau tidak mau harus setuju dengan rencana Lintang. Akan tetapi kali ini dengan melibatkan semua pihak.Perbincangan terhadap apa yang akan Galuh dan Lintang lakukan berjalan cukup alot Namun hasilnya mereka mendapatkan kesepakatan.Dari hasil perbincangan tersebut diputuskan bahwa Galuh tidak akan pergi sendiri, tetapi dia harus didampingi oleh seseorang. Dan orang yang cocok mendampingi Galuh ke Agrapada adalah Dewi Ratih Purbaningrum.Menurut keterangan Arga, alam Agrapada merupakan wilayah gelap, tidak ada yang mampu melihat di kegelapan sebaik Dewi Rembulan.Sedangkan Galuh, dari sejak lahir dia sudah terbiasa tanpa cahaya. Namun tetap saja, mata Galuh masih memiliki keterbatasan karena kegelapan di Agrapad

Entah bagaimana cara Prabu Girinata bisa mendapatkan jasad tersebut yang jelas, dia sepertinya telah lama merencanakan semua ini.Selagi Dewa Kegelapan menjalankan tugasnya, Prabu Girinata sendiri tidak tinggal diam. Sosok raja licik tersebut mengalirkan banyak energi pada dinding goa guna memperkuat segel ruangan agar apa yang mereka lakukan tidak bisa dideteksi oleh siapa pun.Menurut perhitungan Prabu Girinata, proses kebangkitan gadis cantik berambut putih akan memakan waktu sekitar 30 hari. Sehingga selama itu pula dia harus bermain peran ganda untuk menyembunyikan Dewa Kegelapan dari pantauan Nawadurja.Namun bagi Prabu Girinata, hal tersebut bukanlah sesuatu yang sulit.Setelah memperkuat segel ilusi goa, sosok raja licik itu segera berlalu meninggalkan Dewa Kegelapan sendiri.“Hahaha, Kau harus merasakan penderitaan yang sama denganku Nurassa. Biarlah semesta ini menjadi tumbal asal apa yang aku rasakan bisa terbalaskan,” Prabu Girinata tertawa terbahak-bahak.Sedangkan di ala

“Begitu ternyata,” angguk Prabu Datuk Lhangkem Lhamuri mengerti.“Untuk ayahmu paman sudah tidak lagi menyangsikannya. Dia memang ujung tombak pertahanan semesta kita, dia sulit sekali ditemui karena memiliki banyak tugas. Namun bagaimana ayahmu bisa tahu?” tanya Prabu Datuk Lhangkem Lhamuri penasaran.“Awalnya ayah tidak tahu, dia pergi menuju Rayapurba karena Madu Lanang, Asgar, dan Limo menghilang tanpa alasan dari semesta ini. Ketiga mahluk itulah yang pertama kali mengetahui kebangkitanku atas ikatan jiwa mendiang istriku Kelenting Sari,” tutur Lintang.“Ayah mengejar jejak ketiganya sehingga kami dipertemukan,” tutup Lintang.“Rahasia alam memang sulit dimengerti. Namun paman sangat bahagia kau bisa kembali kepada kami, putra prabu,” ungkap Prabu Datuk Lhangkem Lhamuri.“Aku juga demikian paman,” angguk Lintang.Di sana Lintang dijamu oleh berbagai hidangan lezat, sehingga setelah perbincangan, mereka berdua lanjut menikmati hidangan tersebut. Sampai ketika datang seorang pangli

Pria tersebut mengenakan pakaian sutra berwarna ungu, terdapat gelang dan cincin emas pada jari kirinya. Sedangkan di tangan kanannya tergenggam sebilah pedang perungu yang memercikan kilatan tipis.“Paman benar, itu memang seorang pria tua,” jawab Lintang.“A-apa dia sudah mati?” tanya Prabu Datuk Lhangkem Lhamuri penasaran karena yang dia lihat, tubuh pria tersebut tidak bergerak.“Belum paman, tapi dia sedang sekarat,” tutur Lintang.“A-apa yang anak prabu akan lakukan? Jangan Anak Prabu! Bagaimana jika dia musuh,” Prabu Datuk Lhangkem Lhamuri terkejut saat melihat Lintang seperti hendak menghampiri tubuh pria tua.“Aku seorang tabib paman, tidak mungkin aku membiarkan seseorang mati dihadapanku. Terlebih kita belum tahu siapa orang ini sebenarnya,” jawab Lintang.“Itu dia yang paman maksud, pria tua itu hampir saja membunuh kita tadi. Dia pasti musuh yang dikirim oleh pihak kegelapan,” ujar Prabu Datuk Lhangkem Lhamuri.“Tidak baik berburuk sangka paman, tadi itu hanya kecelakaan,

Sejak awal Lintang memang sudah curiga, tetapi dia belum berani bertanya.Bagi seorang pendekar, senjata pusaka adalah suatu hal yang sakral yang tidak boleh dipertanyakan.Karena bertanya mengenai senjata akan dianggap memiliki hasrat ingin merebutnya.“Paman, jika boleh kami tahu. Dari mana asal anda, dan mengapa bisa tersesat ke mari?” tanya Lintang penasaran.“Panjang ceritanya nak Lintang. Tetapi jika kalian memang berkenan mendengarkan, maka aku akan menceritakannya,” jawab Raja Mulu.“Dengan senang hati, paman,” ucap Lintang, sementara Prabu Datuk Lhangkem Lhamuri hanya mengangguk meng-iyakan.“Baiklah, aku berasal dari sebuah alam bernama Salaka,” ungkap Raja Mulu.Alam Salaka adalah dunia hijau mirip Madyapada, di sana terdapat hutan tropis dan lautan juga dihuni oleh berbagai kerajaan.Salah satu kerajaan terbesar bernama kerajaan Salakakuspa, yakni kerajaan milik Raja Mulu.Dahulu Alam Salaka sangat damai dan indah, semua penduduk hidup sejahtera tanpa perlu merasa ketakuta