Semua Bab Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali: Bab 121 - Bab 130

"Ayahmu... tidak pernah mencintaiku, bagaimana mungkin dia akan mencintaimu juga? Setelah kamu dilahirkan, maka kamu akan dibimbing sama seperti Alfie, hanya untuk membenci ibumu..."Air matanya jatuh semakin deras, membasahi bantal. Tubuhnya meringkuk, menggigil, namun ia menolak untuk mencari pertolongan. Jannah memilih larut dalam sakitnya sendiri, dalam keyakinan bahwa mungkin inilah langkah awal untuk melepaskan segalanya.Jannah sama sekali tidak tahu keberadaan Dokter Afgan karena pria itu sama sekali belum memberikan kabar. Naila juga sedang sibuk dengan urusannya bersama Cahyo dan Vincent yang selalu mengekori keberadaannya.***Di sebuah pergudangan yang terletak di pinggiran kota, Afgan menelan ludah saat kain penutup matanya diturunkan. Berusaha menyesuaikan dengan cahaya remang-remang yang menjadi satu-satunya sumber penerangan di sana.Langit-langit gudang berkubah gelap terlihat samar; tubuhnya masih lemah setelah dua hari tak makan.

Jawaban itu membuat Naila tertegun. Kenzi tidak terdengar posesif, tapi juga tidak memberi ruang untuk benar-benar menolak. Ada aura tak terbantahkan yang membuatnya seolah terkunci. Naila benar-benar terperangkap.Tidak berdaya, namun dia tidak harus kehilangan akal.“Kenapa aku?” akhirnya Naila bertanya lirih. “Kenapa kamu memilih aku? Di luar sana banyak wanita yang jauh lebih cantik, lebih kuat, lebih segalanya dibanding aku.”Kenzi menghela napas, mengelus pelan punggung Naila. Jarak mereka sudah cukup untuk membuat Naila menahan napas.“Karena aku tidak butuh wanita sempurna,” bisiknya. “Aku butuh wanita yang bisa membuatku merasakan sesuatu. Dan kamu, Naila, membuatku merasa… hidup. Aku bisa melihatnya di kedua matamu. Kamu pasti sempurna saat kutaklukkan nanti... di atas ranjang tentunya,” kekeh Kenzi dengan mata yang penuh hasrat.Degh.Kata-kata itu menusuk langsung ke hatinya.

Suara kasur berderit membuat Jannah menggeliat kecil, tapi ia tidak sepenuhnya terbangun. Deon menunduk, membiarkan wajahnya dekat dengan aroma rambut istrinya.“Jannah…” bisiknya lirih, seperti memanggil dalam diam.Saat tubuhnya semakin mendekat, Jannah terbangun kaget. Matanya membesar ketika menyadari Deon sudah ada di atas tubuhnya, dengan tatapan penuh hasrat.“Deon… apa yang kamu—”Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, tangan besar itu sudah melingkari pinggangnya, menarik tubuhnya sehingga saling menempel. Deon menatap dalam, matanya penuh api yang berusaha ia tahan sejak tadi.“Besok…” suara Deon parau, “besok adalah hari pertunanganku. Tapi malam ini… malam ini aku hanya ingin menjadi suamimu.”Jannah terperanjat. Tubuhnya tegang, tangannya menahan dada Deon. “Tidak… jangan. Aku… aku belum boleh…”Deon menat

Jannah tersentak. Buru-buru membuka pintu kamar."Uhuk!"Ia baru melangkah satu langkah ketika asap hitam mulai merayap cepat di sepanjang lorong rumah. Kayla menggenggam erat sandaran kursi rodanya. “Ada apa?! Ada apa ini?!” tanyanya panik. Dia sama sekali tidak melihat apa pun dan asap dengan cepat menenggelamkan kamar itu.“Dapur terbakar, Nyonya!” sahut salah satu pelayan, berlari panik.Dalam hitungan detik, api menjalar begitu cepat. Rumah yang dipenuhi kayu ukiran tua itu berubah jadi jebakan maut. Asap menyesakkan memenuhi udara.annah mulai terbatuk keras, dadanya sesak, hingga kepalanya terasa ringan. Ia ingin menjangkau mertuanya, namun asap dengan cepat memenuhi ruangan itu sehingga kedua matanya perih dan dia tidak bisa melihat apa pun. Tubuhnya yang lemah tak mampu menahan beban itu. Ia terhuyung lalu jatuh ke lantai, tak sadarkan diri.Kayla, meski buta dan duduk di kursi roda, mendengar suara tubuh Jan

Bab 130Masker oksigen menutupi hidung dan mulutnya, selang infus masih menancap di lengannya. Matanya terpejam, wajahnya pucat pasi dengan noda jelaga dan debu bekas asap kebakaran yang hampir merenggut nyawanya.“Bertahanlah… sebentar lagi kita sampai,” bisik Afgan, suara nyaris tenggelam oleh deru mesin. Ia menoleh sebentar melalui kaca spion, menatap wajah Jannah yang pucat. Ada getaran di suaranya, semacam simpati yang dipaksakan keluar di tengah kepanikan."Aku akan langsung membawamu ke luar kota dan membantumu melenyapkan identitas dirimu. Nanti kita akan ke luar negeri dengan identitas baru sesuai janjiku, Jannah. Bertahanlah!"Afgan tidak menyangka, Jannah akan menghisap asap kebakaran terlalu lama. Orang yang dikirim Bella untuk menyalakan api bukan seseorang yang ahli, hanya seorang pelayan yang berada di bawah ancaman Bella.Api menyala terlalu cepat bahkan sebelum Jannah berada di dapur.Namun, Afgan tidak ta