“Tarik pelatuk itu, Dewi… atau saksikan kepalanya hancur di depanmu.”Suara Mediator menggema di hangar yang sunyi, hanya ditemani dengung mesin raksasa. Lampu neon merah bergetar di atas kepala, menyorot tubuh Damar yang berlutut, pistol dingin menempel di pelipisnya.Dewi berdiri kaku, jari telunjuk menegang di atas pemicu. Nafasnya memburu, bercampur bau oli dan listrik terbakar. Detik-detik terasa seperti selamanya.Damar menatapnya. Tidak ada kata, hanya mata yang berbisik: aku percaya padamu.Dewi menarik napas dalam, ingatan lama berkelebat—suara ayahnya yang pernah berpesan, “Jika kau dihadapkan pada pilihan mustahil, jangan pilih orang. Pilih momentum.”Tiba-tiba, ia berputar sedikit. Ledakan memekakkan telinga ketika peluru menghantam generator. Api biru menyembur, percikan listrik menyalakan kabut tebal. Sirene meraung, seluruh hangar bergetar.“Bangsat!” Mediator melompat mundur, tubuhnya menghilang dalam kabut asap.Damar menghantam penjaga di sampingnya dengan kepala, me
Last Updated : 2025-10-03 Read more