Angin malam menyelusup ke dalam kamar. Tirai berkibar liar, padahal jendela balkon seharusnya terkunci.Naira terbangun oleh suara gesekan logam. Bukan dari pintu, tapi dari arah kaca balkon.KREEEKKK…Kaca itu retak sendiri, membentuk pola akar merah yang menjalar cepat. Dari balik retakan, bayangan hitam menekan masuk, seolah dinding hanyalah kulit tipis yang bisa ditembus.Naira refleks meraih keris di samping bantal. Tapi kali ini, bilahnya dingin, tidak berdenyut.Bayangan itu melangkah keluar dari kaca, tubuhnya tinggi, wajahnya tidak jelas. Hanya matanya—dua lingkaran merah membara seperti bara api.Suara beratnya menggema di seluruh ruangan:“Kau menolak sidang. Maka aku datang sendiri untuk menagih harga.”Naira berdiri, tubuhnya kaku. Kaki menempel ke lantai marmer dingin, seolah tertahan oleh sesuatu yang lebih berat dari rasa takut.Bayangan itu melangkah pelan ke arahnya. Setiap pijakan menimbulkan suara berderak, bukan karena lantai retak, tapi seperti tulang manusia yan
Huling Na-update : 2025-10-14 Magbasa pa