Langkah kaki Aruna terdengar terburu-buru di sepanjang koridor kantor. Tangannya menekan berkas di dada seolah itu bisa melindunginya.Sejak malam itu, Aruna merasa seperti berlari dari bayangan sendiri. Bayangan yang punya nama, suara, dan tatapan yang selalu menjeratnya: Leonardi.Hari ini, dia sengaja datang lebih pagi, berharap bisa menghindari pertemuan langsung. Ia duduk di meja kerjanya, menunduk dalam, pura-pura sibuk merapikan jadwal pertemuan.Setiap suara langkah mendekat membuat jantungnya berdegup liar. Nafasnya berat, jemarinya gemetar, meski ia berusaha menyembunyikannya di balik keyboard.Ketika pintu ruangan Leonardi terbuka, Aruna langsung menahan napas. Ia tidak berani menoleh, meskipun aroma parfum mahal Leonardi langsung memenuhi ruang."Aruna."Suara itu dalam, tegas, tapi kali ini terdengar lebih berat, lebih kasar.Aruna menunduk lebih dalam, pura-pura sibuk membaca laporan."Aruna," ulang Leonardi. Suaranya menurun, bergetar samar — antara marah dan cemas.Aru
Terakhir Diperbarui : 2025-07-16 Baca selengkapnya