Raynard menyunggingkan senyum penuh makna dan berkata, "Perlu ke dokter dulu, tidak?"Aku membelalakkan mataku dan wajahku pun terasa panas. "Kamu tidak tahu malu suruh pergi ke rumah sakit? Terus kalau dokternya tanya kenapa aku bisa terluka, aku harus jawab apa?"Raynard mengunyah perlahan, meletakkan alat makan, dan tersenyum nakal. "Bilang saja gara-gara aku..."Sebelum Raynard selesai bicara, aku langsung berdiri. Walaupun aku tidak bisa melihat wajahku, aku yakin kalau wajahku sudah merona kemerahan."Jangan dilanjutkan."Aku meletakkan mangkuk dan alat makan, lalu masuk ke kamar.Ketika Elina keluar dari dapur dan melihat isi mangkukku yang tidak disentuh, dia menatap Raynard dengan curiga, lalu bertanya, "Kenapa tidak dimakan?"Dari balik pintu kamar yang hanya terbuka sedikit, aku mendengar Raynard menjawab dengan lantang, "Katanya tidak enak."Aku kehabisan kata-kata. Dia memang kejam.Kak Elina selalu memperlakukanku dengan baik. Aku segera melangkah keluar dan membela diri.
Read more