Kedua penjaga itu masih berguling di tanah, tubuh mereka bergetar hebat seolah tulang-tulangnya remuk dari dalam. Mereka ingin bangkit, ingin melawan lagi, namun tak ada tenaga yang tersisa. Bahkan sekadar menarik napas pun terasa seperti menghirup bara api yang membakar paru-paru. Pada akhirnya, yang bisa mereka lakukan hanyalah menatap sosok pemuda sederhana yang berdiri tegak di depan mereka dengan tatapan penuh kebencian bercampur rasa takut.Sosok itu bukan murid senior, bukan tetua, apalagi seorang pengawal istana dengan baju kebesaran. Ia hanya pemuda berpakaian selayaknya dari pelosok desa, rambut hitamnya dibiarkan tergerai seadanya, namun auranya tenang, dingin, dan tidak bisa diukur.Feng Longwei menurunkan tangannya perlahan, seakan menegaskan bahwa ia tak menganggap pertempuran barusan lebih dari sekadar gerakan peregangan tubuh. Tatapan matanya yang tenang, nyaris datar, membuat dua penjaga itu merasa seperti seekor semut yang baru saja diinjak oleh kaki seekor naga.B
Last Updated : 2025-09-06 Read more