"Permisi, Mbak...saya mau bikin sayur lodeh, di mana tempatnya?" tanya Rangga datar, tapi hatinya bergetar.Wanita bercadar di depannya menoleh sekilas, mata sipitnya terlihat teduh tapi gugup. Ia tidak menjawab, hanya mengangguk cepat lalu menunjuk ke rak sebelah."Oh, di situ, ya?" Rangga pura-pura tersenyum, mengambil satu bungkus bumbu sayur lodeh. "Ternyata yang ini ya. Saya kira yang itu," katanya pelan, seperti sedang berbicara pada diri sendiri sambil tak henti berusaha mencuri pandang pada Kenna yang terlihat berusaha menghindar.Kenna yang beranjak pergi, menunduk lagi, pura-pura sibuk memilih cabai. Jari-jarinya gemetar, napasnya tersengal di balik cadar. Ia tahu suara itu. Tak mungkin salah, walau ia berusaha tak mentapnya. Rasa berdebar tak bisa ia hindari. "Ternyata serindu ini aku padanya," bathin Kenna.Rangga berpura-pura memeriksa label harga. "Makasih, Mbak," katanya, tetap dengan nada biasa. Tapi tatapan matanya menempel di sosok itu, seolah waktu berhenti di an
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-29 อ่านเพิ่มเติม