Share

PPRS 21

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-08-31 15:15:42

"Akhirnya pulang juga," kata Barel dengan suara terdengar rendah, serak karena rokok yang masih menyala di ujung jarinya.

Kenna menelan ludah, tangannya refleks merapatkan tas ke tubuh. "Iya... maaf, aku butuh udara setelah apa yang terjadi siang tadi," jawabnya pelan, sambil melangkah masuk.

Asap menebal di ruang tamu, menyengat hidung. Lampu gantung temaram membuat bayangan wajah Barel terlihat makin keras. Kenna berhenti sejenak, mencoba mengatur napas.

"Banyak orang di luar yang bisa menghiburmu ya?" tanya Barel, matanya tak lepas dari layar ponsel, seolah hanya bertanya basa-basi.

"Tentu banyak, namanya saja taman kota," jawab Kenna menunduk, mengganti sepatu dengan sandal rumah. Kekesalan berusaha dia tutupi agar tidak keceplosan bicara, kenapa suaminya itu tak berusaha menyusulnya seperti duluh.

Barel mendengus, meletakkan ponsel ke meja. "Kamu sendirian?"

Kenna merasakan tatapan itu menusuk, membuat tenggorokannya kering. "Iya," jawabnya cepat, lalu menuju dapur. Dia takmungki
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 78

    Kiandra baru saja duduk di meja makan, ketika ibunya mendekat.“Akhir-akhir ini tumben kamu sering di rumah, Ki.” Suara lembut Kimmi terdengar dari balik meja makan. Tangannya sibuk menuang teh ke dalam cangkir, uapnya naik tipis, menyebarkan aroma melati. “Bukan seperti biasanya. Kapan hari kamu bahkan pergi entah ke mana tanpa kabar.”Kiandra menoleh sekilas. Rambut blondenya masih acak, wajahnya pucat, jelas sekali kurang tidur. Ia mencoba tersenyum, meski bibirnya kaku. “Aku pergi shooting, Mom. Ada sinetron baru. Makanya kalau nggak ada di rumah, itu karena aku kerja.”Kimmi mendongak, tatapannya penuh ragu. “Shooting? Kenapa tidak pernah ada cerita soal itu? Biasanya kamu pamer, kan, kalau lagi syuting?”Kiandra membuka mulutnya, hendak menjawab, tapi suara berat Aditama memotong. Lelaki itu muncul dari ruang baca, kemeja putihnya rapi, wajahnya tegas. “Jangan bohong, Kiandra.” Langkahnya mantap, menghantam lantai marmer dengan bunyi bergetar. “Apa kamu kira Daddy tidak tahu ap

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 77

    "Kalian siapa?" tanya Kenna takut. Parkiran saat itu lenggang, Kenna melihat sekeliling."Kamu tak perlu tau siapa aku!" bentak seorang dari merekaTiba-tiba sebuah tangan kasar membekap mulutnya dari belakang. Napasnya tersendat, tubuhnya ditarik mundur. Dua pria asing, wajah tertutup masker, mendorongnya ke arah sebuah mobil yang pintunya sudah terbuka.Kenna meronta, tumit sepatunya menghantam aspal. "Lepas!" jeritnya tertahan oleh telapak tangan yang membekap."Masuk cepat!" desis salah seorang pria.Namun langkah mereka terhenti ketika sebuah suara lantang memecah udara parkiran."Berhenti! Lepaskan dia!"Rangga melompat dari arah seberang, pukulannya mendarat di rahang salah satu pria. Tubuh itu terhuyung, melepaskan Kenna. Yang lain langsung menyerang Rangga. Tinju dan tendangan bertukar cepat. Suara keras hantaman tubuh dengan aspal menggema.Kenna terperangah, matanya tak lepas dari Rangga yang bertarung mati-matian. "Rangga!" teriaknya, setengah panik.Rangga berhasil menjat

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 76

    "Teruskan mengawasinya," titah Rangga terdengar berat di seberang telepon. "Aku ingin tahu siapa orang ini, kenapa dia begitu ingin mencelakai Kenna." Nada geram terdengar dari kata-katanya."Baik, Mas Rangga," jawab suara lelaki itu singkat. "Saya akan tetap pantau."Rangga menutup telepon, rahangnya mengeras. Hatinya masih mengulang-ulang pesan yang ia terima sebelumnya. Ada nama, ada petunjuk samar, dan semua mengarah ke sesuatu yang lebih besar dari sekadar gosip di pengajian."Siapa pun kamu," desis Rangga pelan, "aku nggak akan biarkan Kenna dicelakai lagi."Pagi itu, ruang pengajian stasiun Praba ramai. Karpet digelar, remaja putri dan putra duduk dengan wajah penuh semangat. Kenna berdiri di depan, hijab paech lebar membalut tubuhnya. Suaranya lembut, tapi mantap, ketika menjelaskan tafsir ayat yang baru saja ia bacakan.Di sisi kanan panggung kecil, Sasha berdiri dengan senyum khasnya. "Luar biasa! Ternyata bukan cuma ibu-ibu, tapi remaja pun bisa terikat dengan cara penyampa

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 75

    "Majelis Hakim memutuskan, mengabulkan gugatan cerai penggugat, Kenna Humairah, terhadap tergugat Barel Herlambang."Suara hakim ketua bergema tenang di ruang sidang itu.Kenna menunduk, jemarinya saling meremas. Jantungnya berdetak tak beraturan. Rasanya seperti mimpi-hari yang ia tunggu sekaligus ia takuti akhirnya datang.Hakim melanjutkan, "Dengan demikian, sejak putusan ini dibacakan, maka perkawinan antara penggugat dan tergugat dinyatakan putus karena perceraian. Sidang dinyatakan selesai."Ketukan palu terdengar tiga kali.Kenna memejamkan mata sejenak. Udara terasa sesak. Tapi dalam sesak itu, ada sedikit ruang lapang yang perlahan membuka. Tanpa banyak kata, perempuan cantik itu segera sujud syukur di tempat itu juga."Kenna..." suara pelan terdengar di sampingnya. Rangga, berdiri tegap dengan wajah tenang, menatapnya terharu dan penuh keyakinan, sekaligus harapan.Kenna menoleh sebentar, lalu buru-buru mengalihkan pandangan. "Sudah... selesai," bisiknya, hampir tak terdeng

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 74

    “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” suara Kenna terdengar lembut di dalam aula kecil stasiun Praba.“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.” Jawaban serentak para ibu mengisi ruangan.Kenna menatap wajah-wajah yang duduk bersila dengan penuh perhatian. Senyum kecil ia tahan, napasnya ditata. “Hari ini, saya ingin kita bersama-sama membahas surat yang ringan, tapi punya makna luar biasa. Surat Al-Insyirah. Ada yang menyebutnya juga surat Alam Nasyrah.”Beberapa ibu mengangguk, ada yang berbisik pelan mengulang nama surat itu.“Surat ini hanya delapan ayat, tapi pesannya dalam sekali,” lanjut Kenna. Tangannya mengusap pelan lembaran mushaf di depannya. “Allah mengingatkan bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Bahkan disebut dua kali. Jadi seolah Allah ingin kita benar-benar yakin, setiap kita terhimpit, selalu ada jalan lapang setelahnya.”Seorang ibu berkerudung biru muda mengangkat tangan. “Berarti surat ini baik dibaca saat kita lagi banyak masalah ya, Mbak Kenn

  • PESONA PRIA RIVAL SUAMIKU   PPRS 73

    "Masuk!" Suara Rangga tajam namun hangat saat menarik tangan Kenna menuju mobilnya.Tangannya kokoh, wajahnya fokus.Kenna kaget dengan genggaman Rangga yang tiba-tiba. "Rangga..." Kenna berbisik, napasnya terputus. "Kamu,..ngapain?""Kabur, ayo,.. yang penting kamu sama aku sekarang. Kamu aman." Rangga membuka pintu, menarik Kenna segera masuk mobilnya, lalu menutup pintu dengan bunyi gedebuk."Aku udah capek ladeni orang yang nggak waras macam dia, bawaannya pingin ngajak berdebat, atau berantem terus. Malu dilihat orang."Dari depannya, Barel masih berteriak, wajahnya merah. "Kenna! Jangan bawa dia, Rangga! Itu istriku!"Rangga menoleh sebentar, tatapan matanya setajam pisau. "Kamu sudah kehilangan hakmu." ucapnya pelan, lebih seperti ancaman dingin.Mesin mobil menyala. Rangga menekan pedal gas. Suara ban mencakar aspal, meninggalkan halaman pengadilan dengan aroma debu panas.Kenna bersandar pada kursi, jemarinya gemetar. "Syukurlah kita lepas dari dia, Rangga. Dia terlihat makin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status