Dibuang Badboy Dinikahi Mafia Obsesif のすべてのチャプター: チャプター 151 - チャプター 160

“Tunggu ... Anda ... Nyonya Marchetti?” ucap Adrien Morel pelan nyaris berbisik.Laura tertegun sejenak, sendok di tangannya berhenti di udara. Sementara Ethan menatapnya dengan heran.“Ya, apa kita saling mengenal Tuan Adrien?” jawab Laura dengan penasaran.Adrien segera menunduk sopan.“Sungguh kehormatan besar, Madame. Mungkin Anda lupa tapi, saya pernah menangani reservasi makan siang Anda dan Tuan Marchetti di Le Papillon d’Or beberapa waktu lalu. Anda berdua meninggalkan kesan yang luar biasa bagi seluruh staf kami.”Laura terkejut dan berusaha mengingatnya, “Le Papillon d’Or? Aah, ya … itu,”“Adrien, aku tak menyangka jika kau mengenal Laura.” Ethan memotong kalimat Laura.“Tentu saja, siapa yang tidak mengenal Tuan Brian Marchetti? Dia banyak memberi ku dukungan. Aku berhutang budi padanya.”“Tapi … dimana Tuan Marchetti?” tanyanya lagi mencari tahu.“Dia sedang … keluar kota untuk beberapa waktu.” bohong Laura.“Oh begitu rupanya, saya harap Anda bisa kembali ke sini lagi be

Laura mengikuti Dominic menuju lantai lain. Begitu pintu baja terbuka, aroma antiseptik yang tajam langsung menyergap.Ia terkejut melihat sebuah laboratorium yang cukup luas berlapis kaca bening, dengan berbagai teknologi modern. “Kau memiliki fasilitas semodern ini?”Dominic mengangguk.“Ini luar biasa, lab ini bahkan jauh lebih modern dari fasilitas mu yang lain.”Laura memperhatikan penuh takjub, sementara Dominic menjawab santai.“Hm, sejak aku tahu Nero Vento berencana membuat senjata biologi, aku mulai membangun laboratorium ini.”“Awalnya hanya untuk mengembangkan serum Lupin tapi kemudian aku menggunakannya untuk meneliti Chimera.” Sambungnya lagi sambil memeriksa papan klip yang disodorkan salah satu peneliti.Laura memperhatikan sekitar, beberapa peneliti dengan pakaian hazmat bergerak cepat di antara deretan tabung reaksi dan monitor, sementara di sisi lain, cairan berwarna biru pucat berputar pelan di dalam mesin pengaduk otomatis.“Ini … diluar perkiraanku.” Laura menat

Lampu ruang operasi menyala. Laura bersiap melakukan prosedur operasi.Jarum jam di dinding berdetak cepat seolah tengah menghitung waktu yang ia punya untuk menyelamatkan seseorang.“Tekanan darah 80/40, nadi lemah!” suara perawat terdengar panik.Laura menatap luka tembak di bahu pasien. Ia mendengarkan laporan kondisi pasien dari pemeriksaan awal.“Dokter, peluru diperkirakan menembus otot deltoid dan bersarang dekat pembuluh darah besar di subclavia.”“Aku mengerti,” Laura menahan napas sejenak, lalu berkata cepat,“Kita harus hentikan perdarahan di arteri subklavia. Retraktor!”Alat logam diserahkan ke tangannya.Darah terus mengalir deras, mengaburkan pandangan.Laura fokus pada pasiennya, tapi sesuatu mendadak terjadi. Di antara suara mesin monitor dan hiruk-pikuk instruksi, sesuatu di dalam diri Laura berguncang. Ingatannya mendadak muncul tanpa permisi.Ruangan operasi berubah menjadi ruangan lain—tempat yang disediakan untuk para staf dan dokter bersantai.Aroma kopi instan

“Apa kita akan terus begini? Berdebat untuk hal yang kau sendiri sudah tahu jawabannya?” Laura menatap tajam sang Ayah.“Aku mungkin egois pada diriku sendiri tapi aku tak bisa membiarkan nyawa orang melayang didepanku.”Richard terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada lebih lembut tapi tetap keras.“Menolong orang lain itu mulia, Laura. Tapi kalau sampai mengorbankan anakmu sendiri—itu bukan keberanian, itu kebodohan.”Laura tak bisa menjawab. Ia hanya memalingkan wajah ke arah jendela. Mungkin memang benar ia bodoh tapi lebih bodoh lagi karena ia tak bisa menyelamatkan orang-orang disekitarnya.Suasana hening sesaat. Tak ada yang mau menurunkan ego. Laura dengan pendiriannya dan Richard pun bersikukuh dengan caranya sendiri untuk melindungi putrinya.“jika tidak ada yang ingin kau sampaikan lagi, silahkan pergi.” Laura berkata dingin, menekan tombol perawat untuk membantunya.Richard menatapnya lama. Ada sesuatu di sorot matanya — bukan hanya marah, tapi takut kehilangan.“Kau memi

"Katakan sekali lagi padaku, Alfred,” suara Brian terdengar bergetar menahan amarah yang belum padam.Alred menarik nafas dalam-dalam, ia tahu tuannya bakal sangat terkejut.“Tuan Richard telah membujuk Nyonya untuk menikah dengan Ethan.”Sorot mata Brian menajam, seperti seekor serigala yang baru saja mencium darah.Alfred meletakkan berkas di meja, lalu membuka halaman teratas.“Sepertinya Tuan Richard telah berubah arah, Tuan. Beberapa hari lalu, Tuan Richard datang ke mansion dan berdebat dengan Nyonya.”“Apa yang kau katakan? Kekonyolan apalagi ini?!”Alfred kembali menarik nafas, mengatur agar setiap ucapannya tidak membuat Brian semakin meledak.“Dari perdebatan keduanya, Tuan Richard sepertinya tidak ingin Nyonya kembali terlibat dalam bahaya.”“Bahaya katamu?!” Mata biru langit Brian berkilat penuh amarah.“Ya, Tuan. Tuan Richard bahkan mulai menutup beberapa akses bisnis yang terhubung dengan Anda, dan …”“Dan?” Suara Brian berubah dingin, hampir tanpa nada.“Dan Tuan Richa