B–Brian,” Laura menahan napas, memeluk erat handuknya.Brian tidak menjawab segera. Hanya menatapnya tajam, seolah menusuk ke dalam pikirannya. Lalu dengan suara berat ia berkata,“Kenapa kau tidak menyapaku di ruang baca tadi?”Laura tercekat, wajahnya seketika memanas. “Aku … aku tidak ingin mengganggumu. Kau terlihat … sibuk.”Brian berdiri. Langkahnya perlahan, membuat jantung Laura berdegup semakin kencang.“Kau sengaja menghindar, hm?” suaranya merendah, hampir seperti geraman.“A–aku tidak … aku hanya …” Laura tak sanggup melanjutkan, matanya terperangkap dalam sorot Brian.Dalam sekejap, ia sudah terdesak di antara dinding dan tubuh pria itu. Brian menunduk, mencium bibirnya dengan kasar, penuh emosi yang tertahan. Laura terperangah, kedua tangannya meremas erat handuk di dada, mencoba bertahan dari serangan gairah yang tiba-tiba.Seiring waktu, ciuman itu melembut, Tekanan berganti dengan godaan, tapi tetap menuntut. Brian menarik wajahnya sedikit, matanya membara.“Aku merin
Last Updated : 2025-08-20 Read more