Sentuhan kasar bagaikan kertas amplas mengelus kulit putih dan lembutku, membuatku merasa gatal dan merangsang indraku.Sambil menggigit bibir bawah, dengan tatapan menggoda, kaki kecilku tak henti-hentinya menendang.Aroma hormon maskulin menyerbu hidungku, membuatku merasa begitu nyaman, tapi juga begitu merana!Desahan Mathew semakin berat. Dia membuka kancing piyamaku dan membebaskan payudaraku, lalu tiba-tiba mencengkram dan meremasnya dengan kuat, meningkatkan gairahku."Hmm... um..." Aku tak kuasa menahan diri dan mendesah, bahkan tulang punggungku mulai memanas, dan seluruh tubuhku seakan-akan mau meleleh seperti es batu. Rasa itu hampir membuatku gila. "Tolong, cepat bebaskan aku."Napas panas Mathew menyelimuti pahaku, dan dia meremas payudaraku dengan sekuat tenaga."Ah! Sakit, nggak sanggup lagi!" Aku tak kuasa menahan diri dan menjerit kesakitan, dadaku diremas dan diimpit sampai menimbulkan garis tengah, wajahku memerah, dan aku menjepit pantatku erat-erat, merasa sang
Read more