Share

Bab 4

Author: Rico
Sentuhan kasar bagaikan kertas amplas mengelus kulit putih dan lembutku, membuatku merasa gatal dan merangsang indraku.

Sambil menggigit bibir bawah, dengan tatapan menggoda, kaki kecilku tak henti-hentinya menendang.

Aroma hormon maskulin menyerbu hidungku, membuatku merasa begitu nyaman, tapi juga begitu merana!

Desahan Mathew semakin berat. Dia membuka kancing piyamaku dan membebaskan payudaraku, lalu tiba-tiba mencengkram dan meremasnya dengan kuat, meningkatkan gairahku.

"Hmm... um..."

Aku tak kuasa menahan diri dan mendesah, bahkan tulang punggungku mulai memanas, dan seluruh tubuhku seakan-akan mau meleleh seperti es batu. Rasa itu hampir membuatku gila.

"Tolong, cepat bebaskan aku."

Napas panas Mathew menyelimuti pahaku, dan dia meremas payudaraku dengan sekuat tenaga.

"Ah! Sakit, nggak sanggup lagi!"

Aku tak kuasa menahan diri dan menjerit kesakitan, dadaku diremas dan diimpit sampai menimbulkan garis tengah, wajahku memerah, dan aku menjepit pantatku erat-erat, merasa sangat malu.

"Tolong tarik aku dengan lembut, oke?"

Aku tidak tahu apakah dia sengaja. Dia sudah meraba-raba tubuhku selama beberapa menit, tetapi tidak berhasil mengeluarkanku. Sebaliknya, tangannya yang besar menjalar di sepanjang lekuk tubuhku dari depan dadaku dan perlahan-lahan ke pantatku.

Detik berikutnya, terdengar bunyi "piak" dari pantatku, dan jari-jari yang menyentuh pantatku yang bulat bisa merasakan kebasahan di celana dalamku.

"Ku… kurang ajar!"

Aku tak henti-hentinya menggeliat, tubuhku lemas. Untuk apa dia menyentuh bokongku saat membebaskanku?

Mathew menelan ludah dengan kuat sambil berkata, "Yani, aku lihat bokongmu begitu putih dan lembut, aku benar-benar nggak bisa menahannya, ngomong-ngomong, kenapa piyamamu basah?"

Telapak tangannya terus menempel di pantatku yang montok dan lembut sambil meremasnya dengan kuat. Aku tak berdaya melawan.

"Kumohon, tarik aku keluar!"

Ujung jarinya yang kasar meluncur di sepanjang pinggulku dan perlahan mencapai pahaku, seperti ulat bulu yang merayap, membuatku merasa gatal dan tak nyaman.

Rasa panas menjalar ke seluruh tubuhku, dan membuatku terengah-engah. Tanpa sadar aku menggoyangkan pinggulku, seolah ingin memuaskannya.

Detik berikutnya, Mathew menegakkan pinggang tebalnya, dan pahanya yang panas menekan pinggulku, bagaikan mesin yang tak kenal lelah.

Aku mulai merasakan kengeriannya, seolah dia bahkan lebih mengerikan dari sebelumnya, lebih mengerikan dari semua pria yang pernah kutemui sebelumnya.

"Ah ..."

Sekujur tubuhku gemetar, dan tanpa sadar mendesah, menikmati rangsangan dan kenikmatan dari kontak dan gesekan tubuh. Saking menikmatinya, aku pun menggoyangkan tubuhku, seperti perempuan jalang yang sedang berahi.

"Dasar jalang, tak tahan ingin ditiduri ya?"

Nalarku mengatakan bahwa aku harus menolak, dan aku berkata dengan suara gemetar, "Mat ... Mathew, jangan begini, aku punya suami."

Mathew terdiam sejenak, lalu terkekeh, dan membalas dengan nada menggoda, "Emangnya kenapa kalau kau punya suami? Apa suamimu bisa memuaskanmu? Lihat dirimu sekarang, betapa kau ingin dicintai."

Kata-katanya membuatku gemetar. Rahasia di lubuk hatiku terbongkar membuatku merasa malu dan kesal.

"Kau... jangan sembarangan! Aku nggak begitu."

Meskipun aku menolak dengan mulutku, tubuhku gemetar tak terkendali, dan nafsuku seperti kuda liar yang berlarian.

"Pelan-pelan, jangan sampai aku mati."

Wajahku memerah, aku terus mengerang, dan tanpa sadar mengangkat pantatku lebih tinggi. Kubiarkan dia membuka kakiku, dan sesuatu yang panas dan aneh langsung muncul dan terbenam ke dalam.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak di Kolong Ranjang   Bab 11

    "Nggak apa-apa, Sayang. Hanya saja aku teringat pada sinetron yang kutonton tadi sore." Mataku sedikit berkaca-kaca.Di satu sisi, aku mengorbankan keuntungan perusahaan suamiku, tetapi mempertahankan pernikahan kami.Di sisi lain, aku jujur pada suamiku tapi kami mungkin akan bercerai.Aku belum pernah menghadapi keputusan sesulit ini seumur hidupku!24 jam12 jam8 jam3 jam1 jam......Menjelang waktu yang disepakati, akhirnya aku menemukan jawabannya dan mengirim pesan kepada pria itu.[Kita bertemu langsung saja, nanti aku kasih informasinya di USB.]Dia pun menyetujui permintaanku. [Jangan macam-macam, kalau nggak, kuhajar kau!]Aku merasa mual dan ingin muntah. Raut wajahku berubah dingin. Akan kutunjukkan pada pria tua ini akibat dari mengganggu perempuan! Aku menyentuh pisau cincin di jariku yang berisi ramuan khusus. Ramuan ini akan bereaksi jika bercampur dengan darah.Sesuai kesepakatan, aku pergi ke rumah pria tua itu. Dia berdiri di luar pintu sambil tersenyum dan mere

  • Terjebak di Kolong Ranjang   Bab 10

    Mathew tahu aku masih syok, jadi dia menyarankan untuk menggendongku kembali. Tapi, bagaimana mungkin aku berani?Dari awal aku sudah memiliki hasrat pada tubuhnya yang kekar, jika aku benar-benar terangsang, bisa-bisa aku berzinah benaran.Aku tidak bisa berbuat demikian!......Sesampai di rumah, aku terduduk lemas di lantai, tak kuasa menahan isak tangis, hampir saja aku dilecehkan oleh lelaki tua yang mesum itu malam ini.Melihat suamiku tertidur pulas, aku menghela napas lega, dan mencium keningnya sambil berbisik lembut, "Maafkan aku, sayang, ini semua salahku karena nggak bisa menahan diri hari itu sehingga dipergoki, tapi aku nggak akan pernah mengkhianatimu seumur hidupku."Ini juga pemikiranku yang sebenarnya.Keesokan paginya, aku mengambil foto-foto yang diambil Mathew dan pergi ke pos satpam apartemen, tetapi mereka bersumpah bahwa tidak ada orang seperti itu di sekitar perumahan ini!Satpam itu telah bekerja selama tujuh atau delapan tahun dan sangat mengenal orang-orang

  • Terjebak di Kolong Ranjang   Bab 9

    "Gimana kalau kuberi tahu apa rasanya menjadi wanita sejati? Lagipula, suamimu itu pecundang. Jangan lihat usiaku sudah tua. Aku lebih jago dari suamimu, dan lebih berpengalaman." Sebelum selesai bicara, dia menghampiriku dengan tangannya yang berbulu dan memukul pantatku. Rasa jijik itu membuatku gentar. Melihat reaksiku, dia tertawa lepas.Dengan bau keringat yang menguar dari ketiaknya, rasa malu dan hina menyiksaku.Entah kenapa, menghadapi orang ini, aku malah bereaksi samar.Detik berikutnya, jaketku dilepas, hanya menyisakan bikini yang tertiup angin.Apakah aku akan dilecehkan oleh makhluk di depanku ini? Lebih baik aku mati saja!Di saat kritis, Mathew melompat keluar dari semak-semak. Melihat Mathew yang kekar, lelaki tua itu pun melarikan diri. Dia tampak sangat familiar dengan situasi di sekitarnya dan menghilang dalam sekejap mata.Hatiku yang khawatir akhirnya tenang."Mathew, kenapa kau di sini?" Aku menatapnya bingung. Dia pahlawanku. Tapi Mathew tak berkata sepatah k

  • Terjebak di Kolong Ranjang   Bab 8

    Aku sudah lama tidak memakai bikini. Tiga potong kain tipis hanya cukup menutupi bagian-bagian penting.Bikini tersebut memaparkan lekuk tubuhku yang menawan, dengan pinggang dan perut yang terekspos, serta kedua paha lurus dan ramping yang merupakan senjataku.Bahkan di malam hari, kulitku tetap terlihat putih dan berkilau.Aku mengenakan jaket panjang menutupi bikiniku untuk menghindari kesalahpahaman sepanjang jalan.Bahkan di tengah malam, masih banyak anak muda di jalan. Melihat tatapan penuh nafsu mereka, aku sama sekali tidak berani menanggapi.Aku tidak bisa membayangkan betapa memalukan jika ketahuan aku memakai bikini di balik jaket ini.Hutan kecil di pinggiran kota pintu masuk timur masih di depanku. Aku maju dengan gemetar, dan sosok-sosok di sekitarku semakin sedikit, hingga tak ada seorang pun yang tersisa.[Jalan terus!]Orang itu mengirimkan instruksi lagi, yang berarti dia pasti diam-diam mengamatiku.Di bawah tekanan dan kecemasan, aku ingin menangis, tetapi aku mena

  • Terjebak di Kolong Ranjang   Bab 7

    Saking marahnya sampai aku merasa dadaku sesak dan hampir tidak bisa bernapas. Dia jelas ingin meniduriku.Mana mungkin semudah itu? Kenapa aku harus ditindasnya tanpa alasan?Aku tiba-tiba teringat aku masih bisa lapor polisi. Video itu tidak terlalu berlebihan, jadi tidak perlu terlalu takut.Tapi dia sepertinya mengetahui pemikiranku. [Jangan coba-coba lapor polisi. Aku sangat mengerti suamimu. Dia orangnya cemburuan banget. Kalau dia tahu kau main mata sama kurir itu, pasti dia bakal menceraikanmu!]Aku seolah-olah memakan buah si malakama. Dia mengetahui seluk-beluk keluarga kami dengan baik, dia mungkin teman kami.Hal ini sangat mungkin. Waktu aku dan suamiku jalan santai di sekitar rumah, banyak pria yang menatap kami, termasuk beberapa yang kami kenal, dan mereka sama sekali tidak menyembunyikan hasrat mereka.Apa yang harus kulakukan?Sekitar pukul enam, suamiku pulang kerja. Tapi aku murung dan ragu untuk bicara.Jika aku mengakui semuanya, suamiku mungkin akan memaafkanku,

  • Terjebak di Kolong Ranjang   Bab 6

    Dia datang tanpa mengenakan baju dan hanya mengenakan celana boxer, seolah tahu betul suamiku tidak ada di rumah siang itu.Aku memainkan video itu dan melemparkannya ke hadapannya, lalu berkata dengan muram, "Mathew, apa maksudmu?"Dia membeku di tempat seolah tersambar petir. "Siapa yang merekam ini diam-diam? Yani, kau nggak mencurigaiku, kan? Bagaimana mungkin aku melakukan hal seperti itu? Aku punya etika dan integritas profesional. Aku sudah berkencan dengan banyak wanita, tapi nggak pernah aku memaksa ataupun merekam diam-diam..."Sebelum selesai berbicara, Mathew buru-buru menutup mulutnya, seolah-olah keceplosan.Aku hampir tertawa terbahak-bahak. Sepertinya kurir ini memang residivis. Entah berapa banyak perempuan muda yang ditelanjangi saat mengantarkan paket ke rumah mereka.Namun, dia tidak terlihat berpura-pura, dan Mathew juga menunjuk pada bingkai jendela di video. "Jelas sekali video ini direkam diam-diam dari luar jendela, dan pasti orangnya ada di gedung seberang!"S

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status