Lampu-lampu kota New York perlahan menjauh, berkilauan seperti permadani berlian di bawah langit malam yang pekat. Ceicillia menyandarkan kepala di jendela taksi, memejamkan mata. Setiap jengkal perjalanannya terasa seperti merobek halaman terakhir dari sebuah buku yang tak ingin ia selesaikan. Di bandara, keramaian dan hiruk pikuk justru terasa menenangkan. Dia bisa menjadi sosok anonim, sebuah bayangan yang luput dari pandangan. Dia bergerak cepat, check-in tanpa menoleh ke belakang. Di tangannya hanya ada sebuah tas kecil, paspor, dan tiket sekali jalan menuju kota yang jauh dan asing di benua lain—tempat di mana ia berharap bisa menyembuhkan hati dan menemukan dirinya yang hilang. Saat menunggu di gerbang keberangkatan, Ceicillia membuka ponselnya. Tidak ada pesan baru. Dia membuka galeri, tempat foto Alex dan dirinya tersimpan. Gambar-gambar senyum jahil Alex, pelukan hangat, dan tatapan penuh cinta. Dengan tangan be
Last Updated : 2025-11-11 Read more