Lahat ng Kabanata ng KETIKA SANG BILIONER BANGUN DARI KOMA: Kabanata 11 - Kabanata 20

“Dari mana kalian?”Gertakan itu membuat tubuh Bianca bergetar. Bukan hanya suara, namun juga karena penampakan Geo yang kini dapat berdiri tegak di depan mereka. Bianca sampai menatap Geo dari ujung rambut hingga ujung kaki.Di belakang Geo, berdiri Josh yang sepertinya menjaga keseimbangan tubuh bosnya. Bahkan, Josh masih memegang tongkat untuk Geo.“Ka – Kamu sudah kembali dan bisa berjalan?” Terbata, Bianca bertanya.Tetapi, Geo mengabaikan pertanyaannya. Lelaki itu malah memandang Taylor dengan ekspresi dingin.“Selamat, Kak. Aku senang Kak Geo sudah pulih.” Taylor bersikap manis dan menghampiri Geo.“Hem. Silahkan kamu pulang sekarang!” Geo mengusir halus adik angkatnya.“Aku memang mau langsung pulang. Hanya memastikan Bianca baik-baik saja. Tadi kami habis menjenguk Billy.”Geo tidak berkomentar apa pun. Matanya tetap menatap sang adik dengan ekspresi tak ramah.“Ya sudah. Aku pulang.” Taylor menunduk sedikit pada Geo, juga pada Bianca sebelum pergi dari mansion.“Aku akan ke k

Aroma sarapan berupa roti lapis keju, daging asap dan sayuran serta kopi memenuhi ruang makan besar keluarga itu. Marissa, ibu kandung Geo, duduk di ujung meja dengan senyum ramah, ditemani suaminya, Atrick. Mereka sengaja datang pagi-pagi untuk sarapan bersama anak dan menantu mereka.Di tengah kesibukan pelayan menata hidangan, langkah kaki Taylor terdengar di koridor. Ia tampak siap keluar, tapi sebelum mencapai pintu, Marissa sudah menahannya.“Taylor, kamu di sini?""Hai, Mom, Dad. Aku datang untuk bicara sebentar dengan Geo.""Kebetulan. Sarapan dulu sama kami. Sudah lama kita nggak kumpul semua.”Taylor berpura-pura ragu, lalu tersenyum. “Kalau Mommy yang minta, mana mungkin aku menolak.” Ia pun ikut duduk di meja, tepat di sebrang kursi Geo yanng belum nampak batang hidungnya.Bianca datang beberapa menit kemudian, mengenakan gaun sederhana, perutnya yang mulai membuncit terlihat jelas. Marissa segera berdiri dan menarik kursi untuknya. “Bianca, sayang, duduk sini. Kamu harus m

Bianca berbalik untuk kesekian kali di ranjang. Seharian ini ia memang hanya tiduran karena merasa mual dan pusing.Pikiran tentang pernikahan kontraknya dengan Geo berputar-putar seperti pusaran air yang tak berujung. Dan kini, yang membuatnya tak bisa memejamkan mata adalah keraguan yang merayap diam-diam: benih siapa yang sebenarnya ditanamkan ke rahimnya saat inseminasi?Setiap kali ia memejamkan mata, bayangan ruang laboratorium putih dingin itu muncul kembali. Lampu neon, aroma antiseptik, dan senyum tipis dokter yang terlalu cepat mengalihkan pandangan. Ada momen singkat, seolah prosedur itu berjalan sedikit berbeda dari penjelasan awal—tapi tak pernah ia tanyakan.Bianca keluar kamar untuk sekedar jalan-jalan dan mengisi perutnya yang tiba-tiba lapar. Sambil berjalan, matanya terpaku pada layar ponsel—membaca laporan terapi Billy. Ia terlalu tenggelam dalam pikirannya hingga tidak memperhatikan arah.Bruk!Tubuhnya menabrak sesuatu yang kokoh. Begitu mendongak, ia melihat Geo—

“Jadi aku berhutang nyawa pada Taylor?” pertanyaan itu terbersit di benak Geo.Mereka kembali ke mansion. Geo menjalani terapi untuk kaki dan tangannya. Sebuah kolam dengan tinggi air sepinggang Geo sudah siap digunakan.Terapi berjalan di air atau hidroterapi ini dipilih Geo karena ia masih ingat ia menyukai kegiatan berenang. Selain itu terapi ini juga bermanfaat untuk mengurangi tekanan pada sendi, meningkatkan kekuatan otot dan membantu pemulihan pasca cidera.Saat berjalan di air, Geo mengingat-ingat apa yang terjadi. Sayangnya ia hanya mengingat sepotong-sepotong dan masih sulit merangkai cerita tentang dirinya sendiri.“Untuk hari ini cukup. Kaki kiri Anda yang terlihat masih perlu banyak latihan otot, Tuan. Kaki kanan sudah cukup kuat.”Ucapan terapis itu membuyarkan lamunan Geo. Lelaki itu mengangguk lalu beranjak ke kamarnya untuk membilas diri.Geo duduk di kursi kerjanya. Ia belajar menuliskan diary kegiatan per hari untuk melatih jari dan ingatannya.“Tok, tok.”“Masuk.”

Geo menggeleng sebagai respon pernyataan Josh.“Bianca memang jenius. Aku menyaksikannya sendiri. Tetapi, dia hanya bisa mengingat jika melihat sendiri.”Geo memijat dahinya. Ada masa ia sangat kesal kehilangan beberapa ingatan penting seperti nomer brankas pribadi di dalam kamarnya.Brankas itu memang jarang sekali ia buka. Bahkan Josh pun yang sangat dipercaya Geo tidak tau kode dan isi brankas tersebut.“Anda bisa membuka CCTV di kamar. Pasti ada salah satu rekaman yang memperlihatkan Anda sedang membuka brankas. Rekaman itu kita berikan pada Bianca.” Josh memberi saran.“Setelah bisa terbuka, Anda bisa mengganti kodenya lagi,” imbuh Josh.Kepala Geo rebah di punggung kursi. Ia memejamkan mata sejenak lalu akhirnya mengangguk pelan.“Oke. Bisa kita coba.”Josh berdiri dan membereskan berkas-berkas di meja. Ia membantu Geo berdiri dan memberikan tongkat. Mereka berjalan ke arah kamar utama.Begitu sampai di depan kamar, mereka mendengar suara Bianca yang sedang muntah-muntah dari ka