Di ruang bersalin yang bercahaya putih terang, suara detak monitor jantung berpadu dengan napas terengah Bianca. Billy berdiri di sisi tempat tidur, menggenggam tangannya erat, sementara Windy berada di sisi lain, mengelap keringat di dahinya.“Sedikit lagi, Bianca! Tarik napas… dorong!” suara dokter memberi arahan dengan tegas namun penuh semangat.Tangisan pertama pecah, memenuhi ruangan. Seorang bayi lelaki mungil, kulitnya kemerahan, diangkat tinggi sebentar sebelum dibersihkan.“Selamat, ini bayi pertamanya! Lelaki!”Air mata mengalir di pipi Bianca, tapi ia belum sempat memeluk putra pertamanya ketika rasa sakit kembali menyerang. Hanya beberapa menit kemudian, tangisan kedua terdengar—bayi kembar lelaki keduanya lahir dengan suara tangis yang lebih lantang, seolah dunia harus tahu ia sudah datang.Keduanya diletakkan di pelukan Bianca. Hangat, kecil, namun terasa begitu nyata. Bianca menatap wajah mereka bergantian… dan jantungnya berdetak tak karuan. Garis rahang mungil itu, h
Last Updated : 2025-08-15 Read more