“Aku juga, Aster. Aku hampir gila,” jawab Rayhan, memejamkan mata, menghirup aroma rambut Alesha, aroma yang jauh lebih nyata daripada parfum Livia yang dingin. “Setiap malam aku mencari hantu sentuhanmu. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan. Aku sudah mencoba. Tapi aku tidak bisa.” Mereka berpelukan lama, hanya berdiri, membiarkan tubuh mereka saling menegaskan bahwa mereka nyata, bahwa koneksi mereka nyata, bahwa cinta mereka nyata, di tengah kebohongan yang mereka ciptakan. Pelukan ini adalah terapi, operasi tanpa pisau bedah, yang menyembuhkan luka di jiwa mereka.Keheningan itu pecah karena kebutuhan fisik yang mendesak, kebutuhan yang melampaui gairah, tetapi berakar pada kebutuhan untuk validasi. Rayhan memegang wajah Alesha, memaksanya menatap matanya. Di sana, ia melihat bukan hanya cinta, tetapi rasa sakit, rasa bersalah karena telah membuatnya menderita, dan hasrat yang tak terpuaskan.Ciuman itu dimulai dengan lembut, ciuman kelegaan dan maaf. Kemudian, itu beruba
Last Updated : 2025-11-28 Read more