All Chapters of Terperangkap Cinta Tuan Muda Dingin : Chapter 71 - Chapter 80

“Anda ingin membuat gaun untuk mereka?” Sinta yang sudah mendengar kabar dari Helena merasa kesal dengan permintaan nyonya Sari. Menurutnya, wanita itu terlalu berlebihan.“Hum, tentu saja kita akan membuatnya,” kata Helena dengan semangat. Sepanjang perjalanan pulang ia sudah memikirkan dengan baik-baik apa yang harus dilakukannya.Sinta yang mendengar itu merasa keberatan. Selama ini mengamati Helena, ia merasa yakin jika bosnya juga memiliki perasaan yang sama, meski dengan keras menyembunyikannya.“Kita masih ada waktu untuk menolaknya, Nona. Bagaimana jika dipikirkan lagi, ya.” Sinta benar-benar berharap jika keputusan terakhir Helena adalah penolakan, bagaimanapun, ia berhak bahagia.“Sudahlah, bukankah ini kesempatan bagus untuk ita,” kata Helena, “dengan ini, kita akan semakin terkenal dengan membawa nama tuan Reygan dan nona Alea.”Sinta terdiam, ia menatap Helena yang masih tersenyum menjelaskan konsep gaun yang akan dibuat untuk Reygan, sedangkan ia sangat paham bahwa di da

Helena duduk dengan salah satu kaki menumpu ke kaki yang lain. Ia melirik pada Hani yang terus meminta jawaban pada Topan yang kini terlihat kelabakan dengan dua wanita di sebelahnya.“Aku tahu, kau pasti sengaja melakukan ini, kan?” Hani membalas tatapan Helena yang dengan sinis.“Sayang, dia siapa?” tanya wanita tadi, “apa dia wanita lain yang menggodamu?”Satu tamparan akhirnya diterima, Topan yang tidak tahan dengan ocehan wanita tadi tidak tinggal diam.Melihat itu, Hani pun tersenyum puas. Ia menggandeng Topan dengan erat dan berkata, “Sudah jelas, siapa yang tidak diinginkan di sini?”Menghentakkan kaki, wanita itu lantas berbalik dan pergi setelah merasa yakin bahwa di sana hanya dirinya yang tidak diterima.Sekarang tinggallah mereka bertiga. Helena dengan tatapan dingin pada Hani, begitu pun sebaliknya.“Sayang, katakan padanya jika kau tidak akan lagi terikat dengannya,” kata Hani dengan bibir manisnya, “katakan juga padanya jika kita tidak bisa dipisahkan meski dia adalah

Malam panas telah berganti dengan pagi yang hangat. Di atas ranjang yang besar, dua orang masih saling berpelukan erat. Helena menggeliat, hingga tidak sengaja menyentuh sesuatu yang terasa menegangkan.Ia tersentak, membuka mata dan menemukan tatapan mengintimidasi menatapnya. Napasnya tercekat, ketika wajah tampan itu semakin maju dengan senyum mengerikan. Helena hendak menghindar, tetapi tangannya ditahan dan ditarik masuk ke dalam pelukan.“Kau ingin kabur setelah membangunkan temanku,” bisiknya dengan nada menjebak.Tersenyum kaku, Helena menggerakan tubuhnya perlahan, tetapi Reygan kembali berhasil menahannya, “Jangan khawatir, aku tidak mungkin memaksamu jika tidak ingin,” kata Reygan dengan helaan napas pelan.Helena mendorong Reygan perlahan, lalu bangkit dari pembaringan. Ia menahan nyeri yang selalu diterima setiap kali Reygan berkunjung.Hal yang sama pun dilakukan oleh Reygan, pria itu bangkit dari tidurnya. Anehnya, Helena justru melihat pria itu dengan pakaian yang leng

“Kenapa harus berbohong Nek,” kata Reygan merasa kecewa, “apa Nenek tidak tahu bagaimana khawatirnya aku saat mendengar hal ini?”Nyonya Sari tidak menghiraukan, ia sibuk memilih gaun sendiri dengan bibir yang terus tersenyum.“Nek, aku dan Alea tidak mungkin bisa bersama. Kami berdua memang terlihat cocok, tetapi bukan untuk pasangan,” ujar Reygan masih tetap sabar menjelaskan pada neneknya.Ia mengusap wajah pelan, usia neneknya sudah tidak muda lagi, salah bicara bisa saja mengganggu kesehatannya.Menarik napas pelan, Reygan akhirnya duduk di sebelah neneknya. Melihat gaun-gaun indah yang sepertinya akan Alea kenakan dalam acara yang neneknya rencanakana.“Aku tahu Nenek sangat menginginkan pernikahanku terjadi, tetapi bagaimana dengan kebahagiaanku?” Keduanya terdiam dalam beberapa waktu ke depan. Reygan sudah tahu bagaimana jika neneknya sudah memutuskan sesuatu, tetapi seharusnya neneknya juga tahu bahwa semua tidak akan terjadi sebelum dirinya sendiri yang mengizinkan hal itu.

Seorang pria bertopeng hitam meminta untuk teman-temannya untuk meninggalkan Pratama yang sudah babak belur. Mereka berlari cepat, lalu menghilang dengan mobil tanpa plat.“S-siapa yang menyuruh mereka,” ucap Pratama menahan rasa nyeri di bagian perut dan bibirnya. Entah mimpi apa dia semalam sampai mendapatkan hadiah mengerikan ini.Perlahan ia berdiri dengan perlahan, membersihkan pakaiannya yang berdebu sebab beberapa kali terguling karena dikeroyok.“Topan, mungkinkah pria itu yang melakukannya?” tebaknya dengan penuh tanda tanya, tetapi tidak lama, bayangan Reygan justru terlintas dengan senyum mengerikan untuknya.Tubuhnya seketika merinding, tidak menyangka jika akan terlibat dengan Reygan meski tahu, Helena menyukai pria itu.“Helena, kau begitu malang. Keluar dari sarang buaya, kini masuk sarang macam.”Pratama meringis kembali, agaknya hamtaman kali ini lebih lama sembuhnya. Ia pun mulai menyisir semua kejadian dan ini kedua kalinya dirinya dihadang oleh orang-orang tidak di