Pagi itu, aroma nasi goreng yang baru saja dimasak memenuhi dapur. Reina sibuk mengaduk telur dan sayuran dengan cekatan, sambil sesekali mencicipi bumbu. Matahari baru menembus tirai tipis, menciptakan cahaya hangat di lantai dapur.  Tiba-tiba, sebuah tangan melingkari pinggangnya dari belakang, dan suara lembut terdengar di telinganya. Jantung Reina langsung berdegup kencang, tubuhnya membeku seketika. Ia menoleh perlahan, menatap sosok yang berdiri begitu dekat. Suara itu bergetar tipis, membawa kehangatan.  “Pagi, Sayang,” gumam Abian, menarik napas aroma masakan yang sama, lalu menekankan kepalanya di bahu Reina.  Reina tersenyum tipis, menahan napas sesaat. “Pagi, Mas,” balasnya, mencoba tetap fokus pada nasi goreng di wajan, meski hatinya berdebar.  Abian menurunkan kepalanya sedikit, mencium bahunya lembut. “Ini wanginya bikin lapar. Mau aku bantu?”  Reina menoleh sedikit ke belakang, melihat mata Abian yang teduh menatapnya. “Kamu bisa bantu cicipin dulu,” goda Reina samb
 Terakhir Diperbarui : 2025-10-08
Terakhir Diperbarui : 2025-10-08