Reina terdiam sejenak, matanya melirik ke sekitar, lalu mengumpat lirih. Jantungnya berdentum cepat, saking emosinya, ia baru menyadari bahwa sejak tadi berdiri di depan ruang kerja Abian. Posisinya berbahaya. Bisa saja setiap kata yang ia lontarkan terdengar jelas dari balik pintu.Ia buru-buru menjauh, menapakkan kaki dengan tergesa hingga menemukan sudut pojok di dekat tangga, cukup jauh agar tak seorang pun mendengar. Napasnya berat, namun genggaman ponselnya tetap erat. Kontrak rahasia itu, tidak boleh bocor pada siapa pun, bahkan Abian. Itu hanya boleh menjadi pengetahuan antara dirinya, pak Dirga, dan garis keturunan langsung.“Sudah menemukan tempat yang aman untuk kita berbicara?” suara pak Dirga memecah diam yang sempat menggantung. Tenang, tapi penuh tekanan.Reina menghembuskan napas panjang. “Sebenarnya, maunya Bapak apa? Bukankah Bapak sudah berjanji tidak akan ikut campur urusanku tanpa diminta? Tapi nyatanya apa sekarang?” ucapnya tajam, emosinya tak lagi bisa ia tahan
 Terakhir Diperbarui : 2025-08-31
Terakhir Diperbarui : 2025-08-31