Aku dan Wulan meninggalkan warung sate, berjalan beriringan menuju parkiran mobil. Pikiranku kalut, campur aduk antara keraguan dan nafsu yang membara. Ide gila Wulan terasa begitu menarik, sebuah pelarian sempurna dari masalahku.Di samping mobil, aku segera membuka pintu dan mendorong kursi kemudi ke belakang, menciptakan ruang yang lebih luas. "Cukup?" tanyaku pada Wulan.Wulan masuk ke dalam mobil, memposisikan dirinya di kursi kemudi. Ia mengangguk. "Cukup. Ruangannya pas."Aku masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudi. Wulan pun demikian. Dengan wajah nakal, dia memintaku menyalakan mobil. Setelah itu ia mendekat. Ekspresi wajahnya terligat genit dan centil. Lalu tangannya menyentuh resleting celanaku. Namun, tepat saat sentuhannya mendarat, ponselku berdering. Aku terkejut, Wulan juga.Aku merogoh saku celanaku, mengambil ponsel. Nama Pak Hartono tertera di layar. Aku menghela napas, merasa kesal karena momen ini harus terganggu. Aku segera mengangkat telepon, "Ya, Pak?""Aryo,
Last Updated : 2025-08-19 Read more