Aku melangkah keluar kamar dan menuju ruang makan. Dari dapur, tercium aroma tumis kangkung dan ayam goreng, masakan kesukaanku. Dinda, dengan pakaian santai, sedang menata piring di meja. Ia menoleh dan tersenyum ceria, senyum yang sama persis seperti Dinda yang kukenal."Mas, sini! Makanannya sudah siap," ajaknya dengan riang.Aku duduk di kursi, mencoba mengendalikan diri. Di hadapanku, Dinda tampak begitu normal. Tawa dan candanya mengalir ringan, seolah-olah percintaan panas di sofa tadi, atau pakaian tipis yang ia kenakan, tidak pernah terjadi. Ia bercerita tentang acara pernikahan sepupunya, tentang tingkah lucu para kerabat, dan tentang bagaimana ia sempat mengobrol dengan Pak Rendra, atasannya.Setiap kali Dinda menyebut nama itu, jantungku berdesir. Aku berusaha keras agar wajahku tidak menunjukkan ekspresi apapun. Aku hanya mengangguk, tersenyum palsu, dan sesekali menanggapi ceritanya dengan singkat. Namun, di dalam kepalaku, pertarungan sengit sedang berlangsung."Mas, ko
Terakhir Diperbarui : 2025-08-14 Baca selengkapnya