Lahat ng Kabanata ng Suami Berengsek, Istrimu Kini Hamil Anak Big Boss!: Kabanata 181 - Kabanata 190

Shanaya diserang perasaan yang asing baginya, membuatnya tak lagi bersikeras. "Ka… kakak…"Suaranya lembut dan patuh saat berciuman, tetapi tangan Lucien di pinggangnya seketika menegang. Urat-uratnya tampak jelas karena ketegangan."Sakit!"Shanaya tak menyangka, makin dia melembut, Lucien justru menjadi makin kuat.Tiba-tiba, dia merasakan dorongan yang seakan ingin menariknya sepenuhnya ke dalam pelukan Lucien.Lucien seketika kembali rasional. Dia mengendurkan genggaman tangannya dan menenangkan dirinya dengan sebuah ciuman di bibirnya, napasnya berat dan dalam. "Maaf… kamu terluka?"Namun, saat dia melangkah mundur, matanya menangkap kilau basah di ujung bulu mata gadis itu akibat ciumannya, dan seketika dia nyaris kehilangan kendali lagi."Mandilah!"Setelah berkata begitu, Lucien lalu berbalik menuju kamar mandi tamu.Shanaya menatap punggungnya yang meninggalkan ruangan dengan langkah panjang, tak kuasa menahan rasa terkejut.Apakah setelah mandi, akan langsung ke tempat tidur?

"Apa maksudmu? Uang maharmu semuanya dipakai buat beli rumah untuk adikmu?""Ya."Delara memutar matanya dengan kesal. Dia membuka sebotol bir dan meneguknya pelan, berusaha menenangkan diri. "Mereka jangan harap bisa mendapatkannya begitu saja. Katanya aku sudah kerja tiga atau empat tahun jadi pengacara dengan gaji tinggi. Tentu saja punya tabungan cukup. Menggunakan uangku untuk beli rumah adikku jelas menjadi kewajibanku."Shanaya menjilat bibirnya lalu mengulurkan tangan, menepuk lembut kepala Delara."Baik itu dirimu atau hartamu, selama kamu sendiri tidak mau, mereka pasti tidak akan bisa mengambilnya sedikit pun."Untuk hal-hal lain, Shanaya memang tak bisa banyak bicara.Meski terkadang mereka berlebihan, tetap saja mereka adalah keluarga Delara, orang-orang yang terikat oleh darah.Memutuskan hubungan dengan keluarga jauh lebih sulit daripada yang dibayangkan.Delara menatapnya dengan mata terangkat ke atas. Biasanya tegas dan penuh pendirian, kini wajahnya tampak memelas. "B

Dia menutup keran, sambil mengambil tisu untuk menyerap air di lengan bajunya. Dia berjalan ke pintu dan melihat Adrian berdiri di luar dengan wajah hangat, memegang satu set pakaian.Shanaya terkejut. "Bagaimana kamu tahu…"Adrian tersenyum, lalu meremas pipinya. "Suamimu masih bisa melihat, 'kan? Bajumu kotor, cepat ganti."Setelah berkata begitu, dia menyerahkan pakaian itu ke tangan Shanaya.Kata-kata itu sedikit terdengar menggoda. Sesuatu yang Adrian tidak pernah ucapkan padanya sebelumnya.Adrian juga tidak pernah menyebut dirinya sebagai suami Shanaya.Shanaya jadi agak canggung menutup pintu, tidak tahu apa yang membuatnya begitu.Shanaya mengganti pakaian dan keluar. Baru saja hendak memutar melewati layar pembatas menuju meja makan, terdengar Adrian dan Susana sedang berdebat.Saat berbicara dengan Adrian, Susana selalu bersikap baik. "Yang paling aku sesali adalah dulu setuju kamu menikah dengannya. Latar belakangnya sama sekali tidak pantas denganmu. Kalau kamu bercerai, k

Di sisi lain, vila taman.Tampak seorang tua dan seorang muda, suasana terasa harmonis dan langka.Lucien menyuapi Karlina. "Tahun depan saat Tahun Baru, pasti akan kubawa orang itu kembali supaya Nenek bisa melihatnya, setuju?""Cepat habiskan makanannya."Karlina menatapnya dengan sedikit cemberut. "Setelah makan masih harus ke rumah lama, jangan selalu menentang Gayatri, orang itu tidak sesederhana yang kamu kira."Gayatri Wulandari adalah nama panjang Nyonya Gayatri.Lucien mengangguk. Dia terdiam sejenak, lalu tiba-tiba bertanya dengan suara tenang, "Nenek, apakah Nenek pernah membenci Kakek?"Mendengar itu, Karlina terkejut sejenak.Dulu, dia menjadi selingkuhan karena ditipu, bahkan anaknya sendiri dibawa ke rumah lama Keluarga Wiraatmadja dan dibesarkan di sana, memanggil Gayatri sebagai ibu.Kini, cucunya secara resmi masih menganggap Gayatri sebagai nenek.Sampai sekarang, dia tetap menjadi orang yang tak bisa muncul di keluarga itu secara terang-terangan.Karlina tersenyum l

Tapi tampak jelas, ekspresi wajah kedua orang itu tampak agak canggung.Namun, Nyonya Gayatri memang sudah pintar menilai orang. Selama hubungan belum benar-benar retak, Nyonya Gayatri tetap bisa berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa. Dia melambaikan tangan ke Shanaya dan berkata, "Ayo Shanaya, bilang padaku. Apakah Keluarga Wiraatmadja memperlakukanmu dengan baik?"Dia tak bisa menyulitkan Adrian, apalagi Lucien.Jadi, Shanaya menjadi korban.Shanaya belum bergerak, tepat saat dia ingin bicara, Lucien menyindir dengan tajam. "Sudah cukup. Permainan memukul tapi melarang orang menjerit kesakitan ini, sudah kamu mainkan sejak dia lima tahun sampai sekarang, masih belum bosan juga?"Tamparan itu benar-benar memalukan, tanpa menyisakan sedikit pun harga diri.Singkatnya, itu merepresentasikan hampir dua puluh tahun kehidupan Shanaya.Dia tak bisa melawan, tak bisa bersuara menahan sakit.Hanya dengan kepatuhan tanpa syarat, dia baru bisa terhindar dari hukuman yang paling berat.Sebuah