Adrian terdiam, tak tahu harus menjawab apa.Dalam keheningan itu, seolah-olah dia baru teringat. Dulu, demi membuat Bianca tenang, dia selalu berusaha menghindari Shanaya.Karena itu, bahkan di hari ulang tahun Shanaya pun, Adrian tidak pernah sekali pun menemaninya.Lucien tersenyum, tetapi kegelapan di wajahnya sama sekali tak memudar. "Sudah, Adrian. Aku sudah cukup memukulmu, sekarang pergi."Hanya lampu dinding yang menyala di ruang tamu, dan di ruang tamu yang sepi itu, wajah kedua pria itu masih memerah.Adrian setengah duduk di sandaran sofa, menarik napas lama, lalu tersenyum menatap Lucien. "Kamu kira kalau kamu memaksa Shanaya, dia otomatis jadi milikmu?""Lucien, dia hanya akan menjadi milikku."Setelah berkata begitu, dia mengambil dua tisu untuk menghapus darah segar di wajahnya, lalu melangkah perlahan keluar.Jari-jari panjang Lucien menarik sedikit kerah bajunya. "Dia adalah milik dirinya sendiri, tidak dimiliki siapa pun, dan bukan milik siapa pun.""Siapapun itu."A
Baca selengkapnya