Kening Kanara masih menempel di punggung tangan Arga ketika ia merasakan sesuatu, gerakannya halus, hampir tak terasa. Ia mengangkat wajahnya perlahan. Mungkin hanya perasaannya saja, pikirnya.Tapi kemudian, jari Arga bergerak lagi. Sedikit. Seperti refleks yang tersesat mencari arah pulang.“Arga … ?” Kanara menahan napas, tubuhnya menegang. Ia menggenggam tangan itu lebih erat, suaranya bergetar. “Arga, kalau kau mendengarku, tolong lakukan lagi.”Dan seakan suara itu menjadi kompas, jemari Arga merespons, menutup pelan di sekitar tangan Kanara.Air mata Kanara langsung jatuh, tapi kali ini bukan karena cemas, melainkan karena lega yang terlalu besar untuk ditampung dadanya.Monitor tetap berbunyi stabil, tapi kini ada ritme baru di ruangan itu, ritme harapan.Kelopak mata Arga berkedut, sekali … dua kali … sebelum akhirnya berusaha terbuka. Gerakannya lambat, berat, seolah seluruh tubuhnya masih tenggelam di antara rasa sakit dan obat bius.“Arga, Sayang, ini aku,” bisik Kanara s
Terakhir Diperbarui : 2025-11-16 Baca selengkapnya