Napas ibunya makin berat. Seperti ada batu besar yang menekan dadanya, membuat setiap tarikan dan hembusan menjadi perjuangan. Wajahnya pucat, matanya sayu, dan suara mesin monitor di sisi ranjang terdengar makin tidak stabil. Afie duduk di samping ranjang, jemarinya menggenggam erat tangan rapuh ibunya. Dari kecil, tangan itu selalu melindunginya, selalu mengusap kepalanya dengan penuh kasih. Tapi malam ini, justru tangannya sendiri yang berusaha menjadi penopang agar ibunya tidak menyerah. “Bu…” suara Afie bergetar, lirih, nyaris hilang tertelan isakan. “Jangan tinggalkan aku. Aku belum siap. Aku masih butuh Ibu.” Perlahan, kelopak mata ibunya terbuka. Tatapannya lemah, tapi penuh kelembutan. Bibirnya bergerak kecil, suaranya serak, terputus-putus. “Afie…”
Last Updated : 2025-10-18 Read more