Malam itu, Bali terbungkus dalam kegelapan yang damai.Langit tanpa bintang, hanya disinari cahaya bulan yang pucat, menggantung sendirian di antara awan tipis.Ombak bergulung perlahan, memukul pasir, lalu surut kembali ke laut, menciptakan irama alami yang seolah menyanyikan kesedihan yang sunyi.Di tepi pantai, Gian duduk seorang diri.Kaus gelapnya melekat pada tubuh karena embun laut yang lembap, dan celana panjangnya sudah kotor oleh pasir basah. Ia menunduk, menatap ke depan, tapi pikirannya berkelana jauh.Lampu-lampu vila dan kafe di kejauhan memantulkan cahaya temaram, berkedip samar, seperti bintang yang enggan bersinar malam itu.Tak ada suara selain deru ombak dan desir angin yang menyapu rambutnya.Ia menatap laut lekat-lekat—gelap, luas, dan tak bertepi.Dalam diam, pikirannya kacau, seperti badai yang tak berhenti berputar, Afie, Kaisan, masa lalu yang tak selesai, amarah, obsesi, dan cemburu buta yang tel
Last Updated : 2025-10-25 Read more