Udara di antara mereka memadat.Pertanyaan Erna tadi menggantung seperti asap yang menolak hilang."Kita nggak ada hubungan… kita tidak juga pacaran, mengapa kamu sepeduli itu sama aku?”Doni berdiri mematung beberapa detik sebelum menjawab, suaranya berat, tertahan.“Justru itu yang mau aku tanya, Erna!. Selama ini… siapa yang mulai duluan?! Siapa yang selalu nyari aku, nyimpenin makanan, ngingetin makan, nyemangatin kalau aku down?!”Matanya tajam menusuk. “Kamu. Dan aku nggak pernah protes. Sekarang giliran aku yang peduli, kamu malah tanya kenapa?”Erna terdiam, menunduk. Jemarinya saling meremas.Tidak ada jawaban, hanya bunyi angin yang menggesek dedaunan di atas mereka.Doni menghela napas panjang, tapi tatapannya tetap terkunci pada wajah Erna. “Apa aku salah kalau balas kebaikan kamu dengan peduli?”Erna mengangkat wajah perlahan. Ada sesuatu di matanya—ragu, takut, juga rasa bersalah.Bibirnya terbuka, tapi ia menutupnya lagi. Seolah apa pun yang ia katakan akan membuat sega
Última atualização : 2025-08-11 Ler mais