All Chapters of Pembalasan Sang Putri Pengganti : Chapter 41 - Chapter 50

Mengingat kembali apa yang diucapkan oleh Darren. Elina mengurai tangannya yang terkepal di samping tubuh. Dia memukul mundur amarah yang begitu sesak di dadanya dan mencoba bersikap biasa.“Tidak ada,” balas Elina memutus tatapan dari Samantha, kemudian kembali berkata, “Aku hanya lelah karena kejadian yang baru saja menimpaku.”Samantha mengerutkan dahi mendengar cara bicara Elina yang sangat berbeda dari biasanya. Nada suara Elina biasanya tinggi penuh dengan amarah saat dia memberikan nada penekanan, tapi kali ini sangat berbeda.Namun, meski sikap Elina agak berubah, Samantha tetap mengangkat dagu dan berkata dengan nada angkuh. “Oh, masalah kamu diserang,” katanya karena sudah mendapat informasi dari Jhonny. “Baguslah kamu baik-baik saja, jadi tidak menyusahkan orang lain.”Elina tak terkejut sama sekali dengan sikap tak acuh Samantha. Dia tetap tenang dan mampu mengontrol emosinya walau Samantha bicara dengan nada yang sangat menjengkelkan.Samantha mengerutkan kening menatap E

Elina melangkah menaiki anak tangga sampai ke lantai kamar Darren berada. Sesampainya di depan pintu kamar Darren, Elina menoleh sekilas pada Darren yang baru saja sampai di atas. Mengalihkan pandangan dari darren lagi, Elina mendorong pintu kamar Darren lantas melangkahkan kaki masuk ke dalam meninggalkan Darren di belakangnya.Darren memandang Elina yang masuk ke kamarnya begitu saja walau tanpa dipersilakan. Dia ikut melangkahkan kaki masuk, tatapannya tertuju pada Elina yang sedang mengedarkan pandangan ke seluruh kamarnya.Elina mengamati setiap sudut kamar Darren, memastikan tak ada kamera pengawas, sebelum dirinya bicara dengan Darren.Tatapan Elina tertuju ke meja juga ranjang milik pengawalnya ini, rapi dan sangat bersih, tak seperti kamar seorang pekerja yang kadang berantakan dan tak sempat mengurus kamarnya karena lelah. Dia terkesan.Membalikkan ke arah Darren datang. Elina menatap Darren sejenak sebelum duduk di tepian ranjang milik Darren, walau tanpa dipersilakan.“Dud

Di rumah utama.Jhonny baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah, saat baru saja masuk ke dalam kamar, Samantha tiba-tiba saja menyambutnya tak seperti biasanya.“Apa kamu tahu? Putrimu bersikap berbeda setelah aku mengizinkannya menemui ibunya.”Mendengar ucapan Samantha, kening Jhonny berkerut dalam. Dia menatap sekilas pada Samantha, lalu melangkah menuju keranjang pakaian kotor sambil melepas jas.“Berbeda bagaimana?” tanya Jhonny tanpa menatap Samantha.“Ya, sikapnya lebih tenang. Bahkan dia tak marah walau tahu kalau ibunya tidak dalam kondisi baik.”Jhonny berhenti tepat di dekat keranjang pakaian kotor. Dia meletakkan jasnya ke keranjang, lalu perlahan melepas dasinya.“Berarti apa yang kukatakaan benar. Turuti keinginan Elina maka kamu dia akan patuh dan kamu mudah mengendalikannya.”“Tapi menurutku, sikapnya sangat aneh. Apa kamu percaya begitu saja kalau dia tiba-tiba patuh?” Mata Samantha menyipit saat bicara.Jhonny menghela napas kasar. Dia menarik dasinya dari kerah ke

Keesokan harinya.Elina sudah memakai pakaian kerjanya. Dia sudah siap untuk pergi ke perusahaan.Mematut bayangannya di depan cermin, Elina menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Mulai hari ini, detik ini, dia akan memakai topengnya untuk mendapatkan kebebasan bagi ibunya.Elina keluar dari kamarnya lalu menuruni anak tangga menuju ruang makan.Sesampainya di ruang makan, tatapan Elina tertuju pada Samantha yang sudah mulai menyantap sarapannya.Elina duduk di kursi yang baru saja ditarik oleh pelayan. Dia memandang makanan di piringnya, walau ragu, tapi Elina tetap bersikap tenang.Elina kembali melirik pada Samantha, jika biasanya dia tak mau makan karena takut Samantha meracuninya, tapi sekarang berbeda. Dia harus memakan apa pun yang tersaji untuk memperlihatkan pada Samantha kalau sekarang dia patuh pada Samantha.‘Tidak apa-apa, Elina. Jika makananmu diracun, maka anggap ini bagian dari rencana untuk bisa bebas,’ batin Elina.Elina mengambil sendok di meja, lantas

Darren kembali ke ruangan Elina setelah selesai bicara dengan ibunya.Begitu masuk ke dalam ruangan Elina, Darren langsung ditodong pertanyaan.“Sudah selesai?”Darren menghentikan langkah karena suara Elina, dia menatap pada Elina sejenak, lalu mengangguk sebelum kembali melangkah ke arah sudut ruangan tempatnya biasa berdiri.Melihat ke mana arah Darren, Elina memandang pria itu lalu berkata, “Kamu serius akan terus berada di sana saat di dalam ruanganku?”Lagi-lagi Darren menghentikan langkah, saat menatap pada Elina, Darren membalas, “Ini sudah menjadi tugas saya, Nona.”Darren melihat tatapan Elina yang begitu datar padanya, sampai majikannya itu kembali berkata, “Kamu masih dalam kondisi tidak baik, duduklah, aku mengizinkan.”Setelah mengatakan itu, Elina kembali menurunkan pandangan pada berkas di meja, tapi ekor matanya masih menangkap bayangan Darren yang tak bergerak sama sekali dari tempatnya, membuat Elina kembali menoleh.Elina menatap Darren dengan satu alis naik ke ata