All Chapters of Pembalasan Sang Putri Pengganti : Chapter 21 - Chapter 30

Melihat tatapan kesal Darren, Kyle langsung menjelaskan, “Kemarin kamu tanya hanya soal Elina Alvalendra saja, bukan? Wajar kalau aku tidak menceritakan yang tak kamu inginkan.”“Sialan!” umpat Darren antara kesal dan gemas dengan sikap Kyle.Kyle memilih melipat bibirnya, lalu mengalihkan perhatian Darren. “Apa ada sesuatu dengan informasi anak kandung Alvalendra?”“Ya, ada sesuatu yang mengganjal,” balas Darren dengan tatapan serius.Menatap penuh curiga pada Darren, Kyle menarik satu sudut alisnya, lalu bertanya, “Apa jangan-jangan sekarang kamu menyukai Elina dan melupakan tujuanmu?”Darren melotot mendengar tuduhan Kyle. “Kamu pikir aku seperti itu?” tanyanya dengan nada dingin.Kyle menggeleng cepat.“Aku hanya tak ingin salah langkah. Jadi, aku ingin informasi selengkapnya sebelum mengambil langkah selanjutnya,” ucap Darren masih dengan tatapan dingin.“Jadi, kamu merasa informasi sebelumnya tidak benar?” tanya Kyle memastikan lagi.“Bukan tidak benar, hanya saja aku merasa ada

Darren baru saja mencapai rooftop untuk mencari keberadaan Elina. Saat mengedarkan pandangannya ke seluruh rooftop, Darren terkejut melihat Elina sudah berdiri di atas pembatas rooftop dengan kedua tangan yang terentang.Panik, Darren mengayunkan langkah dengan cepat ke arah Elina berada. Tanpa memanggil, Darren menarik tangan Elina hingga majikannya itu menghadap ke arahnya lalu terhuyung jatuh menabrak tubuhnya sebelum keduanya jatuh bersamaan ke lantai rooftoop dengan posisi Darren yang ada di bawah.Elina sangat syok dengan apa yang terjadi. Masih dengan napas tersengal karena dada yang berdetak cepat, dia memandang Darren yang ada di bawahnya. Kedua lengannya ditahan oleh pria itu.“Apa yang kamu lakukan, hah? Kenapa kamu menarikku?” Elina langsung mengamuk, suaranya menggema meski tersapu cepat oleh angin yang berembus.“Untuk apa Anda naik ke pembatas? Apa Anda sudah gila?” Tak hanya Elina, Darren pun sangat syok dengan apa yang akan dilakukan Elina tadi.Mata Elina memerah, ra

Saat sore hari.Elina baru saja tiba di rumah. Dia sudah berdiri di samping mobil dan menatap dingin ke rumah mewah yang ada di depannya, rumah mewah yang bagai neraka untuknya.Elina melangkahkan kaki masuk ke rumah, begitu sampai di dalam rumah, dia melihat Samantha yang sedang duduk santai di ruang keluarga.Selama ini Elina terus bersabar demi sang mama. Dia tak pernah membangkang atau melawan perkataan Samantha. Namun, semakin hari dia patuh, Samantha semakin menekan yang membuat Elina begitu lelah.Dan puncaknya, hari ini. Elina benar-benar tak bisa lagi menahan diri karena perlakuan Samantha yang sudah terus menerus menyiksa sang mama hanya untuk membuatnya terus tunduk.Melangkah cepat menghampiri Samantha, Elina berdiri di dekat wanita itu dengan tatapan begitu tajam.Melihat bayangan di hadapannya, Samantha mengangkat pandangan dan melihat Elina menatap dingin padanya.“Apa yang pernah kukatakan padamu soal tatapanmu itu,” kata Samantha dengan santainya.Mengepalkan kedua te

Malam menjelang.Darren berdiri di balik jendela, memandang ke arah kamar Elina.Gelap, tampak begitu sunyi.Biasanya Elina akan keluar dari kamar dan duduk di atap saat malam seperti ini, tapi malam ini berbeda.Darren diam mengingat apa yang tadi di dengarnya dari beberapa pelayan yang sedang membersihkan taman. Dia mendengar para pelayan itu membicarakan Elina yang menolak makan dan selalu seperti ini ketika dikurung oleh Samantha.Menelinga cerita dari para pelayan, Darren menyimpulkan kalau tak sekali ini Elina dikurung.‘Apa dia baik-baik saja?’Tiba-tiba saja rasa cemas menyelimutinya. Darren diam berpikir, sampai akhirnya dia mengambil jaket dan memasukkan apel ke kantong jaketnya.Melangkah keluar dari kamar, Darren bertemu dengan teman lain yang baru saja masuk ke pavilliun.“Mau ke mana?” “Mencari udara segar, hanya di sekitar sini.”Melihat rekan kerjanya mengangguk. Darren segera melangkahkan kaki keluar dari pavilliun.Dia pergi ke sisi bangunan, tatapannya tertuju pada

Hari berikutnya.Darren sudah berdiri di depan rumah seperti biasanya untuk mengawal Elina. Dia masih berdiri di sana sampai Jhonny keluar dari rumah dan menatapnya sejenak sebelum melangkah menuju mobil yang masih menunggu.Darren memandang ke pintu, tak ada tanda-tanda Elina keluar dari rumah, jadi apakah yang Elina katakan semalam benar? Elina akan dikurung selama dua atau tiga hari seperti yang Elina sampaikan semalam?Darren diam sejenak, sampai akhirnya dia memberanikan diri melangkah menuju pintu dan memanggil pelayan yang baru saja akan menutup pintu."Apa saya bisa bertemu Nyonya?" tanyanya.Pelayan itu menoleh ke dalam rumah, sebelum kembali menatap pada Darren."Ada urusan apa? Biar saya sampaikan sekalian," kata pelayan.Darren tampak ragu, tapi akhirnya berkata, "Saya hanya ingin tahu, kenapa Nona Elina belum juga keluar untuk ke perusahaan. Dan, jika ada masalah, saya ingin minta izin menemuinya."Darren menatap pelayan yang tampak ragu, lalu dia meyakinkan. "Kalau tidak