Semua Bab AMALIA, Kesetiaanku Diragukan: Bab 101 - Bab 110

Peristiwa penculikan Wafa, sengaja tidak dibahas lebih lanjut. Bahkan saat Bu Syaiba dan Kakek Rahmat mampir berkunjung ketika kembali dari Swiss di hari Ahad, mereka tidak diberitahu mengenai musibah yang menimpa Wafa.Walaupun Bu Ambar pada akhirnya tahu oleh Pak Basir, ayah Mahesa sendiri. Karena penyelidikan yang dilakukan oleh pihak berwajib pada kasus kriminal yang dilakukan anak bungsunya itu. Kakek Rahmat dan Bu Syaiba sengaja singgah ke apartemen Kanzu untuk melihat Saka. Melihat sang cucunya gembira tinggal bersama orang tuanya membuat hati Bu Syaiba tenang."Saka sepertinya nyaman tinggal bersama kalian. Bunda titip dia, ya ... di sini dia mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orangtuanya. Walaupun kalian berdua bukan orangtua kandungnya," ungkap Bu Syaiba dengan wajah sendunya."Bunda jangan berbicara seperti itu, nyatanya antara saya dan Saka masih terhubung pertalian darah yang sama. Darah Ayah Ghizra. Dan sudah menjadi kewajiban

Sekitar setengah enam pagi, Wafa sibuk memasak di dapur dengan handuk masih melekat menutupi rambutnya yang basah. Wanita itu sudah mengenakan setelan kerjanya.Hampir dua bulan keluarga Kanzu menempati rumah di Graha Pesona. Jadi, sekitar tiga bulan sudah Wafa diajak tinggal bersama suami dan anak mereka."Mas, bisa minta tolong lihat Saka. Sudah bangun belum, jagoan kita itu," pinta Wafa dengan kedua tangan sibuk menata sayur dan lauk yang barusan di masaknya.Kanzu yang semula duduk di meja makan memperhatikan sang istri, ditemani secangkir air madu hangat. Pria itu bersegera bangkit melaksanakan permintaan Wafa."Assalamualaikum, jagoan papa. Bagaimana doa bangun tidurnya, Sholih!" sapa Kanzu begitu membuka kamar Saka yang bernuasa biru itu.Saka merentangkan tangan meminta digendong oleh papanya. Bocah yang sangat aktif itu, begitu melihat yang mama sibuk menata meja makan segera melorot minta turun dari gendongan papanya."Sholih mama sudah bangun! Sudah baca doa belum, tadi?" t

Di hari Sabtu sore.Selama perjalanan menuju tempat praktek dokter kandungan Kanzu suka melirik, mencuri pandang ke Wafa, saat kepergok ia tertawa bahagia."Kenapa, Papa? Lirik-lirik dari tadi, naksir?" goda Wafa sok jutek."Iya, naksir berraaaaat," jawabnya sembari memegang dadanya."Gombal!"Kanzu malah tergelak dengan ucapan Wafa barusan, "Enggak apa-apa gombalin istri sendiri. Jangankan gombalin, orang diapain saja dah halal, dapat pahala malahan." "Udah, ah! Agak pelan bawa mobilnya, sein kanan. Itu, sudah kelihatan klinik Medika, tempat praktek dokter Nadia. Semoga dapat antrian agak awal, supaya tidak terlalu malam sampai rumah."Kanzu menghentikan mobilnya, tepat di sebelah ATM BN* yang berada di sebelah kiri plataran klinik Medika."Hati-hati!" seru Kanzu setelah berlari menghampiri Wafa yang hendak turun dari mobil. "Iya." Wafa menerima uluran tangan Kanzu.Setelah merapikan pakaian dan jilbabnya, wanita itu, menggandeng lengan suaminya. Mereka berjalan beriringan menuju r

Wafa memperhatikan wajah pria dibalik kemudi yang sepertinya sengaja tak ingin ditatap olehnya. Sedangkan Saka duduk tenang di atas pangkuannya.Akhirnya istri dari Kanzu Al Ghifari itu, memilih diam hingga mobil yang dikendarai mereka masuk gerbang perumahan Graha Pesona.Begitu Wafa keluar dari mobil, Murni segera mengambil Saka dari pangkuan mamanya. Kanzu bergegas menghampiri istrinya untuk membantunya turun dari jok depan.Kanzu merangkul bahu istrinya, mengajaknya masuk ke dalam rumah. Setibanya di ruang keluarga Wafa dikejutkan dengan situasi yang berbeda."Kapan, Mas memasangnya?" tanya Wafa menunjuk tiga foto dalam bingkai besar terpajang di ruang keluarga. Semua foto baru, yang mereka lakukan di studio foto dua pekan kemarin.Kanzu menginginkan mereka memiliki foto pernikahan dan foto keluarga bertiga dengan dirinya dan Saka. Untuk baju adat jawa yang dikenakan, suaminya sengaja menyewa sedangkan foto dengan gaun pengantin, Wafa

Kanaya membukakan pintu mobil untuk Wafa. Setelah memastikan kakak iparnya duduk nyaman di jok depan, barulah ia tutup perlahan pintu mobil kakaknya itu.Ketika Kanaya hendak membuka pintu mobil bagian kemudi, dari arah belakang ada yang menarik bahunya. "Kanaya! Yaa Tuhan, Akhirnya aku bisa menemukanmu!""Ma- Mas Satria," tunjuk Kanaya tanpa sadar mengarah ke dada pria di hadapannya."Iya, ini aku. Bagaimana kabarmu, Kanaya?""Baik. Seperti yang Mas Satria lihat, keadaanku tak kurang suatu apapun," jawab Kanaya dengan wajah yang datar."Naya ....""Permisi, Mas! Aku pergi dulu." Kanaya membuka pintu mobil Kanzu, tanpa hiraukan tatapan Satria yang mendamba padanya."Boleh, kita bicara sebentar, May?" pinta Satria.Kanaya menghela napas, ia hembuskan dengan kasar. "Apa yang ingin Mas Satria bicarakan denganku?""Nay, jangan menganggap mas lari dari tanggung jawab waktu itu. Ada musi—,""Aku sudah tahu!" Kanaya memotong kalimat Satria. "Aku bukan perempuan bodoh, yang tidak tahu cara m