“Semua baik-baik saja, Ma … aku pamit langsung tengok mereka,” ujar Satria memberi tahu. Bu Laras kembali memeluknya. “Apa pun yang terjadi, kamu masih punya Mama, Ya ....” “Iya,” jawab Satria sambil membalas pelukan itu beberapa detik. Ghea ikut-ikutan memeluk, membuat Satria tertawa ketika Daffa sudah benar-benar dekat. “Kamu mau ikut peluk juga, Fa?” tawarnya. “Aku normal, cukup peluk adik kamu aja. Sini, Bby,” kata Daffa sambil merentang tangan, dan Ghea benar-benar langsung berpindah memeluknya. “Pamer terus!” Ghea terkekeh, menggeleng sembari bernyanyi, “Jangan iri … jangan iri … jangan iri dengki.” Satria memaki dalam hati. Sialan! Namun ia memutuskan fokus. Waktunya tidak banyak karena ia harus segera ke rumah keluarga Santosa. “Ck! Cepetan, Fa! Mana kopernya?” “Ish, santai napa ... sebenarnya enak barengan kita naik pesawatnya, berangkat sore, kan syahdu. Siapa tahu, langsung bisa ajak Kanaya ke rumah kalian untuk bermalam," canda Daffa, meski ia tetap mendek
Last Updated : 2025-12-05 Read more