All Chapters of AMALIA, Kesetiaanku Diragukan: Chapter 81 - Chapter 90

"Halah, berisik! Kalau enggak mau nikah dengan Dimas, kupastikan kamu akan menyesal, Fa! Ingat itu." Tetiba Mahesa mendorong bahu Wafa dengan kasar hingga tubuhnya oleng. Syukurnya ada tiang di belakangnya. "Hai, jangan kasar sama perempuan!" seru Satria berlari ke arah mereka. "Dua pria lawan satu wanita. Gila! Kenapa enggak pakai rok saja, kalian berdua, hah!" hardik Satria menunjuk Mahesa dan Dimas.Dihardik demikian, Mahesa yang memang memiliki temperamen buruk langsung mengarahkan kepalan tangan ke muka Satria. "Jangan sok jadi pahlawan kesiangan!" Satria menghindarkan wajah bersamaan kedua tangannya gesit menangkis tangan serangan Mahesa tadi. Baku hantam keduanya tak dapat dielakkan lagi. Dimas yang tak bisa kelahi hanya menonton sedangkan Wafa mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang bisa menghentikan perkelahian dua orang di depannya itu."Hentikan! Kamu, Mahesa! Pergi dari sini, atau aku akan panggil orang-orang yang ada di kantin untuk ngeroyok kamu." Wafa memukulkan

Pembicaraan mengenai Satria terhenti saat Kanzu membelokkan mobil ke gerai ponsel Eraphone. Wafa menatap Kanzu, seolah bertanya maksudnya membelokkan mobil ke gerai penjualan smartphone tersebut."Tapi, bilangnya ingin dibelikan ponsel oleh suami. Biar lebih bermakna nilainya. Ya, sudah sekarang turun. Mas belikan ponsel untukmu.""Aku tadi enggak serius ngomong gitu, Mas. Habisnya Mas jutek banget, tadi," sahut mengerucutkan bibirnya.Kanzu terkekeh menatap wanita di sebelah, kemudian mengusap lembut kepala istrinya yang tertutup hijab biru. "Masih enggak juga, bikin suami kelimpungan kemarin, hmm.""Ya, maaf. Mana aku tahu, kalau Yuan sekalinya lupa menyampaikan izinku sama Mas Kanzu." Wafa menggigit ujung bibir bawahnya sembari melirik ke arah suaminya."Oke, dimaafkan. Sekarang kita turun dulu, ya," ujar Kanzu sambil melepas pengait sabuk pengamannya."Oiya, aku tadi sengaja balik ke Albanna karena ingin bertemu dengan Mas Kanzu. Aku mau izin pulang ke Bogor, melihat keadaan ibu l

"Maaf, ada apa ini. Kenapa kamu meminta istriku menikah lagi?" tanya Kanzu berdiri tepat di belakang Mahesa.Mahesa membalikkan badan hingga berhadapan dengan Kanzu. Pria itu mendongak lantaran memang tinggi Mahesa hampir sama dengan Wafa. "Kamu tadi, bilang apa? Istri? Kamu, suaminya Wafa. Sejak kapan?""Itu bukan urusan kamu! Sekali lagi, kutanya apa hakmu meminta istriku untuk menikah lagi?" tanya Kanzu menatap tajam Mahesa. "Ya, kupikir Wafa belum bersuami. Aku berbaik hati mencarikan calon suami yang mapan untuknya.""Baik hati, kok maling sertifikat. Lalu bikin huru-hara di kantin Albanna, minta aku bersedia dinikahi temannya. Yang sudah membeli rumah ini, katanya," sungut Wafa setengah emosi mengingat kejadian di kantin tadi siang. "Maksudnya ini, bagaimana sih, Sayang?" tanya Kanzu seraya memainkan mata ke arah Mahesa dan istrinya."Dia ambil sertifikat rumah ini, Mas. Lalu dengan tidak ada rasa malunya, menjual rumah kita pada orang lain. Itulah yang bikin ibu syok hingga s

"Kita balik ke Jakarta sekarang, Yang. Besok pagi, kita jemput Saka di bandara." Kanzu menjelaskan alasan mereka menjemput Saka dan permintaan dari Bu Syaiba kepada istrinya. "Aku enggak keberatan. Terus kalau kita kerja, kita bawa gitu?" tanya Wafa membuat Kanzu terdiam. "Seingat Mas, enggak jauh dari kantor Albanna ada daycare ya, Sayang." "Yang dekat taman itu, Mas?" "Iya, itu. Nanti kita nitip Saka di sana sampai jam kita pulang kantor. Bagaimana?" Wafa mengangguk. Kanzu meraih pinggang istrinya. "Sepertinya mulai malam ini, kamu harus pindah ke apartemen mas, Sayang." "Kalau malam ini, belum bisa Mas. Nanti turunkan aku di tempat bibi. Harus kukemasi pakaian dan barangku di sana. Besok pagi, aku pesan taksi online untuk ke apartemen. Lalu kita bisa jemput Saka langsung ke bandara. "Begitu ya, enggak langsung ke apartemen dulu. Nanti bertahap kita ambil semua barangmu di tempat Bu Ninik. Toh, daycare Saka dekat dengan Albanna." Wafa memilih menyetujui usulan suam

Setiap paginya, mereka akan berangkat bersama, mengantar Saka ke daycare. Bocah umur dua tahun mudah beradaptasi, hingga tak mengkhawatirkan saat ditinggal dan dipamiti kedua orangtuanya.Setelah memastikan Saka bisa ditinggal, keduanya berangkat ke Setyabiru. Namun, di area parkir Wafa akan berlari mendahului suaminya supaya tidak ada yang tahu, dirinya selalu berangkat bersama dengan ketua tim proyek.Pulang kerja, Wafa akan langsung menuju daycare mengambil Saka. Kanzu lebih sering ke lokasi proyek jadi sudah disepakati yang menjemput Saka adalah Wafa."Eh, aku ada cerita. Tapi, agak nyesek sih, ceritanya," ujar Yolanda. Sepagi itu berdiri di antara dua deret kubikel."Cerita apaan, Yol. Eh, ngomong-ngomong hari ini bagian kelompok satu, kan? yang ke lapangan. Kok pada belum nongol sih, dari mereka bertiga. Apa kitanya yang kepagian ya," sahut Dinda."Aku yang gantiin Yuan hari ini. Tumben biasanya Wafa sudah sampai, nih. Kalau Yoshi, seringnya datang mepet setengah delapan," ujar