Langit malam terbentang seperti kanvas hitam bertebar bintang. Angin membawa aroma lembap dari dedaunan, menyusup di sela-sela rambut Dalia yang tergerai lembut. Ia bersandar di bawah pohon besar, batangnya kokoh, rindangnya cukup untuk menutupi tubuh mereka berdua dari pandangan langit terbuka. Di sampingnya, Gibran sudah lebih dulu terlelap, napasnya teratur dan dalam, sesekali mengerang pelan saat nyamuk iseng mencoba mengganggu.Dalia menatap pria itu sebentar. Dalam diam, dia memikirkan perjalanan panjang yang mereka lalui—berjalan tanpa arah pasti, hanya berpegang pada keyakinan samar dan sehelai kertas tua. Senyum tipis muncul di bibirnya. Kadang ia merasa, Gibran terlalu keras kepala untuk ukuran seorang pria yang sering kali tidak tahu arah, tapi juga terlalu setia untuk sekadar dianggap rekan perjalanan biasa.Ia menghela napas pelan, menatap langit. Malam ini langit benar-benar cerah, bulan menyorot lembut wajahnya. Besok, ia akan tiba di Kekaisaran Barat—tempat yang
Terakhir Diperbarui : 2025-10-14 Baca selengkapnya