Suasana hening menyelimuti gudang tua di pinggir kota, tempat Raisa, Revan, Aruna, Bima, dan Rangga berlindung setelah lolos dari penyergapan. Bau karat dan debu bercampur dengan rasa takut yang masih menggantung di udara.Raisa duduk di lantai, memeluk Revan yang terbaring lemah di pangkuannya. Luka tembak pria itu masih segar, meski telah dibalut seadanya. Air mata Raisa jatuh tanpa bisa ditahan. Ia membelai wajah Revan dengan lembut.“Bertahanlah, Revan. Aku tidak akan biarkan kamu pergi. Kita sudah sejauh ini… jangan menyerah,” bisiknya lirih.Revan membuka matanya sedikit, menatap Raisa dengan senyum samar. “Aku… tidak akan pergi kemana-mana. Selama kamu di sini… aku akan terus berjuang.”Raisa terisak, menggenggam tangannya erat.Sementara itu, Rangga berdiri di dekat pintu gudang, memandang keluar dengan waspada. Senapannya masih di tangannya, tubuhnya penuh luka dan lebam, namun matanya menyala dengan tekad.Aruna mendekatinya. “Kau benar-benar masih hidup. Kami semua pikir ka
Terakhir Diperbarui : 2025-09-18 Baca selengkapnya