Mobil bulan berhenti mendadak di depan lobby IGD, dan tanpa menunggu aba-aba, Raka turun lebih dulu. Napasnya memburu, wajahnya tegang, jemarinya mencengkeram erat sisi pintu. “Pelan-pelan! Hati-hati kepalanya!” seru petugas medis yang mendorong ranjang beroda.Aluna terbaring di atasnya, wajah pucat, dahi berlumur darah, napas tersengal lewat selang oksigen. Dunia seakan berputar cepat di mata Raka. Ia mengikuti langkah tim medis masuk ke lobby utama, matanya tak lepas dari wajah perempuan itu.“Dok, saya ikut masuk,” ucapnya parau saat pintu ruang IGD itu membawa Aluna masuk ke ruang penanganan. Seorang perawat menahan dada Raka. “Maaf, Pak, pasien harus masuk ruang steril. Kami akan tangani dulu—”“Tapi dia istri saya!” suara Raka bergetar, hampir memohon. “Saya nggak akan ganggu, tolong biarkan saya di dalam.”“Raka, cukup.” Suara dalam dan tegas itu datang dari belakang, Radit. Ia baru turun dari mobil, menepuk bahu sahabatnya kuat. “Biarkan dokter kerja dulu, Ka. Lo mau bantu,
Terakhir Diperbarui : 2025-10-07 Baca selengkapnya