All Chapters of Putri Terbuang itu Istri Sah CEO: Chapter 121 - Chapter 130

​Lobi Wijaya Group terasa memanas oleh sorotan lampu flash. Aluna, dalam balutan dress merah yang berani, duduk tegak di kursi roda rose gold-nya, tepat di samping Raka yang tampak gagah dengan setelan jas hitamnya.Senyum Aluna berubah tajam, kali ini ditujukan langsung pada kamera, seolah menantang musuhnya.​“Selamat pagi semuanya. Terima kasih sudah hadir,” suara Raka menggelegar, penuh otoritas. “Hari ini, saya tidak hanya ingin mengumumkan bahwa Nyonya Wijaya, Aluna, telah pulih dan akan segera kembali memimpin Creative Division. Tapi juga untuk menegaskan, kami tidak terpisahkan. Setiap serangan yang ditujukan padanya, adalah serangan pada saya, dan pada Wijaya Group.”​Raka mencondongkan tubuhnya ke Aluna, mencium pipi istrinya di depan semua kamera. Tindakan posesif itu berhasil membuat kerumunan reporter berteriak histeris, dan Aluna yakin, Cindy di tengah mereka pasti sedang menahan amarah.​Aluna menoleh, menatap Raka, dan balas menciu

​Taman Kota yang tadinya menjadi panggung jebakan, kini dipenuhi oleh ketegangan hukum. Perwira polisi itu mendekati Cindy, auranya dingin dan profesional.​“Selamat sore, Nona Cindy. Anda ditangkap atas tuduhan percobaan penculikan, pengancaman, dan percobaan pembunuhan berencana. Semua bukti sudah kami dapatkan,” ujar perwira itu, nadanya tegas.​Cindy terkejut, matanya membelalak, ia berusaha menyangkal. “Tapi Pak—”​“Kami sudah melihat dan mendengar semua pengakuan Anda, Nona. Tim kami juga sudah merekamnya dari berbagai sudut. Jadi jangan mencoba menyangkal lagi!” kata petugas kepolisian itu, tidak memberi Cindy celah sedikit pun.​Dua orang polisi segera memborgol Cindy, dan beberapa petugas lainnya juga memborgol orang-orang suruhannya yang sudah dilumpuhkan oleh tim keamanan Raka.​Cindy menoleh ke arah Aluna, tatapannya kini berubah menjadi keputusasaan dan kekalahan. Amarah dan rasa dikhianati membakar matanya. “Lo jebak gua, Aluna?!”​Cindy baru me

​Raka mengernyitkan dahi mantap Aluna dengan penuh tanya. “Apa maksud lo Aluna?”Aluna terdiam sejenak, dia bingung bagaimana menceritakannya pada Raka. Ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka suara. ​“Aku punya.. Seorang saudara kembar.”​Raka membeku. Seluruh tubuhnya menegang. Ingatan Aluna yang kembali ternyata membawa rahasia yang jauh lebih besar dan lebih mengejutkan. ‘Saudara kembar? Siapa dia? Dan di mana dia sekarang?’​Raka mencengkeram tangan Aluna, menuntut jawaban lebih. ​“Siapa dia, Aluna? Kenapa lo nggak pernah cerita? Kenapa lo menyembunyikan hal sebesar ini?”​Aluna menunduk, air matanya menetes. “Awalnya aku nggak ingat dia.. Itu bagian yang hilang. Aku hanya ingat dia ada di kapal bersamaku, dan aku melihatnya.. Dia tersedot pusaran air.. Saat kapal tenggelam, dia selamatkan aku, dorong aku ke atas permukaan. Aku pikir dia.. Dia sudah mati. Aku nggak mau mengingat trauma itu lagi.. Tapi.. Tapi ternyata Kayl

Aluna bergeming mendengar pertanyaan Raka tentang nama saudara kembarnya. Ia memejamkan mata, dahinya berkerut, seakan berusaha keras mengingat kepingan memori yang masih hilang, mencari nama, mencari identitas sang kembaran. ​‘Siapa namanya…? Siapa dia? Kenapa aku nggak ingat…?!’ gumam Aluna dalam hati, rasa bersalah itu terasa seperti beban fisik yang menghantamnya. Perlahan, dia menggeleng, pasrah pada ketidakmampuannya. ​“Aku nggak ingat, Ka…” Aluna mendongak, matanya yang basah kini penuh ketakutan. “Apa benar aku ini pembunuh saudara sendiri…? Dia mengorbankan hidupnya demi aku, Ka… Harusnya dia juga bisa hidup, kan?!” mata Aluna terbuka, dengan air mata yang kembali membasahi pipinya, tubuhnya bergetar karena emosi. ​“Ssttt.. Itu nggak benar, Aluna! Itu tragedi, bukan salahmu!” Raka menghapus air mata Aluna dengan sentuhan yang lembut dan penuh cinta, lalu membawa Aluna ke dalam pelukannya. Ia mendekap kepala Aluna di dadanya, membiarkan istrinya mendengar detak jantungnya ya

Sesuai janji sebelumnya, Aluna memulai sesi terapi intensif di fasilitas khusus yang disiapkan Raka di lantai eksekutif Wijaya Group. Ruangan itu elegan, dengan jendela-jendela besar yang menghadap panorama kota, tetapi di dalamnya terdapat peralatan fisioterapi canggih.​Saat ini Raka masih sibuk dengan pekerjaannya bersama Radit, tenggelam dalam rapat dan analisis data, tetapi kehadirannya di lantai yang sama sudah memberikan dukungan emosional bagi Aluna. Namun, yang membuat Aluna lebih bersemangat adalah kehadiran Nayla yang setia menemani, ditambah kejutan dari teman-temannya di perusahaan itu, Fira, Khanza, dan Viola.Mereka semua sering mencuri waktu untuk mendukung dan memberikan semangat dan itu pun dengan izin Raka agar Aluna gak kesepian. Terapis Aluna, teman Raka, Davin yang selalu sabar dan perhatian mendukung Aluna. Itu juga alasan ketiga temannya sering menemani Aluan terapi, untuk bertemu Davin yang katanya masih jomblo. ​“Ayo Aluna, janga