All Chapters of PAWANG HATI SANG TUAN MUDA: Chapter 21 - Chapter 30

Di Senopati Residence,Hari mulai merayap menjadi siang ketika keluarga Brett akhirnya tiba di kediaman mereka yang megah di kawasan elit Jakarta Selatan, Senopati Residence. Udara dingin dari pendingin ruangan menyelimuti setiap sudut rumah, namun suasana hati Anggota Keluarga eluarga Brett justru panas penuh emosi.Rayner terduduk di sofa ruang keluarga, kedua tangannya menggenggam kepala dengan wajah kusut. Matanya menerawang, seolah mencari-cari jawaban di antara bayangan-bayangan yang berkelebat di pikirannya. Beban berat menghantamnya tanpa ampun. Deborah, istrinya yang sangat dia cintai, telah terpisah darinya dengan begitu cepat dan tragis.“Kenapa ini harus terjadi pada ku, Mommy?” ucap Rayner lirih. Wajahnya memandang ibunya, Nyonya Olivia, yang duduk di sebelahnya.Nyonya Olivia menepuk pundak putranya dengan lembut, mencoba menyalurkan sedikit ketenangan baginya. “Rayner, Nak, kamu harus kuat. Masalah ini pasti ada jalan keluarnya. Mommy sangat yakin.”“Tapi, Mommy.” Rayn

Rumah Tuan Riko, ketegangan yang membisu.Langit sore Kota Jakarta tampak kelabu. Hujan rintik-rintik mulai turun ketika sedan hitam mengkilap memasuki pekarangan rumah besar bergaya klasik modern. Rumah itu berdiri megah dengan pilar-pilar putih yang kokoh, jendela besar berhias gorden beludru, dan taman yang terawat rapi. Mobil berhenti di depan pintu utama. Sang sopir turun, lalu membuka pintu belakang untuk Tuan Riko.Tuan Riko, seorang pria dengan jas abu-abu gelap yang menjadikannya tampak gagah dan tegas, melangkah keluar. Wajahnya tanpa ekspresi, matanya tajam namun dingin. Pengusaha tersebut lalu melihat ke arah rumahnya sebentar sebelum melangkah mantap menuju pintu utama. Seorang pelayan segera membukakan pintu."Selamat sore, Tuan," sapa pelayan itu sambil menunduk hormat.Tuan Riko tidak menjawab. Dia hanya mengangguk singkat dan melangkah masuk. Di dalam rumah, Nyonya Rina sudah menunggu di ruang tamu, berdiri anggun dengan dress krem panjang yang memeluk tubuh rampingny

Rintik hujan di malam hari di Kota Jakarta, semakin membuat hati Rayner menjadi galau.Setelah perbincangan keluarga selesai di ruang tamu, Raynard perlahan melangkah menaiki tangga menuju lantai dua rumah mewah mereka. Suasana malam itu terasa sunyi, hanya ditemani suara hujan yang jatuh berirama di luar jendela. “Sepertinya aku harus bicara kepada, Rayner.” ucapnya dalam hati.Dengan langkah mantap namun hati-hati, Raynard menuju kamar adik kembarnya, Rayner. Pintu kamar berwarna coklat tua itu tertutup rapat, dan dia mengetuknya perlahan.“Masuk.” Terdengar suara dari dalam, suara yang begitu dikenalnya.Raynard membuka pintu dan melangkah masuk. Kamar itu tampak rapi seperti biasa. Rayner berdiri di dekat jendela, memandangi butiran hujan yang jatuh membasahi bumi Jakarta. Cahaya dari lampu jalan yang memantul pada rintik air menciptakan suasana melankolis di dalam ruangan. Rayner tak bergerak, hanya berdiri di sana dengan kedua tangan terselip di saku celana.Raynard berjalan me

Matahari pagi bersinar terang di atas rumah megah keluarga Brett, di Senopati Residence. Sebuah mansion bergaya klasik dengan pilar-pilar besar dan taman yang indah. Di ruang makan yang luas, sebuah meja kayu panjang yang dihiasi dengan vas bunga segar menjadi pusat perhatian. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi udara, menciptakan suasana hangat.Nyonya Olivia, wanita anggun dan cantik dengan rambut hitamnya yang sungguh menawan, terlihat sedang sibuk melayani keluarganya. Dia membawa nampan berisi jus jeruk segar dan meletakkannya di meja makan."Raynard, Rayner, ayo cepat turun. Sarapan sudah siap!" panggilnya lembut sambil menata piring-piring di atas meja.Dua pria kembar yang gagah dan tampan terlihat mulai memasuki ruang makan. Mereka adalah Raynard dan Rayner, kembar identik dengan penampilan elegan. Raynard tampak ceria dengan setelan tuksedo favoritnya, sementara Rayner lebih kalem, mengenakan kemeja biru muda yang rapi. Keduanya tersenyum saat melihat ibu mereka."Selamat

Awal Baru di Brett CorporatePagi hari matahari yang menyinari Kota Jakarta bersinar terang, seolah-olah ikut menyambut hari pertama Raynard Brett menjabat sebagai CEO baru Brett Corp. Jalanan mulai dipadati kendaraan, namun Raynard tampak tenang di balik kemudi mobil sport hitam miliknya. Pria tampan itu sengaja menyetir sendiri, menikmati momen menuju gedung perkantoran yang akan menjadi pusat karier barunya."Ini hari penting," gumamnya sambil melirik arlojinya. Senyumnya tipis, namun sorot matanya menunjukkan keyakinan. Raynard sadar akan ada banyak tanggung jawab besar menantinya, tapi dia sangat siap untuk mmenghadapi semuanya.Saat mobilnya mendekati kawasan perkantoran di Area Sudirman, gedung Brett Corporate menjulang megah, dengan kaca-kaca yang memantulkan sinar matahari. Mobilnya berhenti tepat di depan lobi utama. Seorang petugas valet segera menghampiri untuk membukakan pintu mobilnya."Selamat pagi, Tuan Raynard," sapa petugas itu dengan sopan."Pagi," balas Raynard d