Beranda / Romansa / PAWANG HATI SANG TUAN MUDA / BAB. 22 Kesedihan Rayner

Share

BAB. 22 Kesedihan Rayner

last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-19 11:18:12

Di Senopati Residence,

Hari mulai merayap menjadi siang ketika keluarga Brett akhirnya tiba di kediaman mereka yang megah di kawasan elit Jakarta Selatan, Senopati Residence. Udara dingin dari pendingin ruangan menyelimuti setiap sudut rumah, namun suasana hati Anggota Keluarga eluarga Brett justru panas penuh emosi.

Rayner terduduk di sofa ruang keluarga, kedua tangannya menggenggam kepala dengan wajah kusut. Matanya menerawang, seolah mencari-cari jawaban di antara bayangan-bayangan yang berkelebat di pikirannya. Beban berat menghantamnya tanpa ampun. Deborah, istrinya yang sangat dia cintai, telah terpisah darinya dengan begitu cepat dan tragis.

“Kenapa ini harus terjadi pada ku, Mommy?” ucap Rayner lirih. Wajahnya memandang ibunya, Nyonya Olivia, yang duduk di sebelahnya.

Nyonya Olivia menepuk pundak putranya dengan lembut, mencoba menyalurkan sedikit ketenangan baginya.

“Rayner, Nak, kamu harus kuat. Masalah ini pasti ada jalan keluarnya. Mommy sangat yakin.”

“Tapi, Mommy.” Rayn
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 106 Akhir Bahagia

    Tiga tahun kemudian.Langit sore di kawasan Pantai Indah Kapuk membentang dalam nuansa biru-keemasan, ditemani semilir angin laut yang menyegarkan. Di sebuah restoran mewah tepi pantai bernama Azure Coast, keluarga besar Rayner dan Deborah telah berkumpul untuk merayakan ulang tahun ketiga si kembar kesayangan mereka, Raley dan Riley.Area restoran bagian luar telah dihias indah dengan tema laut. Ada balon-balon biru, dekorasi kerang dan bintang laut, serta backdrop besar bertuliskan,Happy 3rd Birthday Raley and Riley,With Love from Mommy and Daddy.Di tengah taman, dua kursi kecil berwarna biru dan hijau disiapkan khusus untuk si kembar, lengkap dengan mahkota ulang tahun. Musik ceria anak-anak mengalun lembut, menciptakan suasana riang namun tetap elegan.“Raley, Riley, ayo duduk dulu Sayang,” ajak Deborah, yang mengenakan gaun putih bermotif ombak. Wajahnya berseri-seri.“Kuenya mau dipotong sebentar lagi,” tambah Rayner, mengangkat Riley dan mendudukkannya di kursi kecil.Tak la

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 105 Persiapan Kelahiran

    Deborah hanya mengangguk pelan, sementara anestesi spinal mulai diberikan. Perlahan, rasa baal menjalar dari pinggang ke bawah.Rayner duduk di samping kepala Deborah, menggenggam tangan suaminya kuat-kuat. Dia berbisik, “Aku di sini, Sayang. Tarik napas, sebentar lagi kita akan dengar suara tangisan mereka.”Beberapa menit berlalu. Suasana ruang operasi begitu tenang namun tegang. Lalu,tangisan nyaring pertama mulai terdengar.Deborah langsung berkaca-kaca. “Itu Raley atau Riley?”“Anak pertama, laki-laki, sehat,” ujar perawat sambil mengangkat bayi mungil berlumuran air ketuban dan darah ke hadapan orang tuanya.Rayner nyaris tak berkedip. Air matanya menggenang. “Ya Tuhan, Baby Raley sungguh sempurna.”Tak lama kemudian,tangisan kedua menyusul, sama nyaring dan kuat.“Anak kedua, laki-laki juga, sehat,” ujar dokter sambil tersenyum.Deborah tak bisa menahan air matanya. “Mereka, Raley dan Riley benar-benar di sini.”Rayner mencium dahi Deborah dengan lembut.“Raley dan Riley,

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 104 Acara Tujuh Bulanan

    Ballroom lantai dua Hotel Marvelle di Jakarta Selatan tampak gemerlap malam itu. Ratusan lampu gantung kristal memantulkan cahaya hangat ke seluruh penjuru ruangan. Meja-meja bulat tertata rapi, dihiasi taplak putih elegan dan buket bunga melati serta mawar biru di tengahnya. Suasana elegan berpadu dengan tradisi nusantara terasa kuat di ruangan itu.Di sisi panggung, Rayner dan Deborah berdiri berdampingan dengan senyum bahagia. Deborah mengenakan kebaya berwarna biru muda dengan payet keemasan, yang menyesuaikan bentuk tubuhnya yang sedang hamil tujuh bulan. Perutnya yang membuncit dibalut dengan selendang batik khas Solo. Sementara Rayner tampil gagah dengan jas modern berwarna abu-abu tua, lengkap dengan ikat kepala batik senada.Para tamu, yang terdiri dari keluarga dan sahabat dekat, duduk rapi, menatap pasangan itu dengan penuh haru dan antusias.MC acara, seorang wanita muda berbusana modern kebaya, berdiri di tengah panggung. “Selamat malam, semuanya! Terima kasih sudah hadir

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 103 Hasil USG Yang Mendebarkan

    Sudah empat bulan berlalu sejak Deborah dan Rayner kembali dari bulan madu mereka keliling Texas. Dalam bulan pertama setelah bulan madu, kebahagiaan seolah tidak ada habisnya. Dan kebahagiaan itu kian memuncak saat Deborah menyampaikan kabar mengejutkan kepada sang suami, dirinya positif hamil.Rayner yang saat itu baru pulang dari kantor langsung memeluk istrinya erat-erat begitu melihat hasil test pack di tangannya."Ini nyata, Deb? Kamu beneran hamil?" tanya Rayner dengan mata berbinar.Deborah mengangguk sambil menahan tangis haru. “Iya, Rey. Kita akan jadi orang tua.”Kini usia kandungan Deborah telah memasuki bulan keempat, dan sesuai jadwal, hari ini adalah saatnya melakukan pemeriksaan USG lanjutan. Namun, karena Rayner sedang terikat rapat penting di perusahaannya, dia mempercayakan Deborah untuk ditemani oleh kakak iparnya, Rebecca istri dari Raynard.Pagi itu, Rebecca sudah menunggu di depan rumah Rayner dan Deborah dengan mobilnya.“Deborah! Ayo, jangan lama-lama, kita h

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 102 Perjalanan Tanpa Akhir

    Pagi itu, langit Texas tampak cerah tanpa awan. Rayner membuka jendela kamar hotel dan menghirup udara laut yang asin dan segar. Suara burung camar terdengar samar dari kejauhan, bersamaan dengan deburan ombak yang memanggil-manggil.Deborah muncul dari balik pintu kamar mandi, mengenakan summer dress berwarna putih dengan topi jerami.“Selamat pagi, Mr. Traveler,” sapanya ceria sambil merentangkan tangan. “Kamu siap untuk berkunjung ke surga tropis kita hari ini?”Rayner menoleh, tersenyum kagum melihat penampilan Deborah. “Kalau surga itu berwujud manusia, kayaknya udah berdiri di depanku deh.”Deborah tertawa pelan dan mencubit lengan suaminya.“He-he-he. Gombalnya udah mulai dari pagi, ya?”Sekitar satu jam kemudian, pasangan itu akhirnya tiba di South Padre Island. Hamparan pantai pasir putih menyambut mereka dengan ombak biru kehijauan yang berkilau diterpa matahari. Beberapa pengunjung terlihat berjemur, bermain jet ski, dan berselancar di kejauhan.Deborah berdiri mematung s

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 101 Perjalanan Penuh Kemesraan

    Pagi di San Antonio berlalu dengan cepat. Sinar matahari hangat menerobos jendela kamar hotel Emma, menyinari wajah Deborah yang masih terlelap. Di sisi ranjang, Rayner duduk diam sambil menatap istrinya dengan senyum tipis.Deborah membuka matanya perlahan. Dia melihat Rayner yang mengenakan kaus putih dan duduk sambil menyeruput kopi."Pagi Sayang," ucapnya dengan suara serak.Rayner menoleh cepat. "Pagi, Cintaku. Tidur nyenyak?"Deborah mengangguk, lalu duduk dan menarik selimut menutupi bahunya. "Rasanya belum mau beranjak dari tempat ini."Rayner tertawa pelan. "He-he-he. Aku juga. Tapi … kita udah janji jalan-jalan ke Dallas, kan?"Deborah tersenyum. "Betul juga. Aku sungguh tak sabar."Beberapa jam kemudian, pasangan itu sudah berada di dalam mobil sewaan menuju Dallas. Jalan tol terbentang lurus, pemandangan berganti dari pepohonan ke gedung-gedung tinggi seiring mobil mendekati pusat kota."Rey, kita ke mana dulu?" tanya Deborah sambil membuka peta wisata di ponselnya.Rayne

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status