Hari kepulangan akhirnya tiba. Liora berdiri di lobi hotel dengan koper kecilnya, bersama Nia dan Adi yang sibuk bercanda tentang rencana mereka setelah sampai rumah. Mikael sibuk membantu staf memastikan bagasi tim masuk ke bus. Namun, di tengah riuh itu, ada Rayden. Ia berdiri tidak jauh, berbicara dengan Amara. Sesekali tatapannya beralih ke arah Liora, membuat perutnya mual oleh rasa tak menentu. Liora menarik napas panjang. Tuhan, apa aku siap menghadapi ini lagi? Bus melaju di jalan tol. Liora duduk di kursi tengah, Nia tertidur di bahunya. Mikael ada di samping, membaca sesuatu di tabletnya. Tapi sesekali ia melirik, memperhatikan Liora. “Lior, kamu pucat. Pusing?” “Nggak,” jawab Liora, mencoba tersenyum. “Cuma… kepikiran aja.” Mikael menutup tabletnya. “Kalau nanti di rumah kamu butuh waktu, aku bisa temenin. Kita bisa kerja bareng di studio aku. Biar kamu nggak sendirian.” Kalimat itu sederhana, tapi bagi Liora, terasa seperti undangan ke dunia yang tenang. Namun, pik
Last Updated : 2025-09-17 Read more