Hujan turun tipis sejak pagi, membasahi atap-atap Jakarta yang letih. Genangan kecil mulai terbentuk di tepian trotoar, dan langit kelabu seolah sedang berkabung atas sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Liora menatap layar laptopnya tanpa fokus, jari-jarinya mengetuk meja pelan, menciptakan irama tanpa nada. Di balik kacamatanya, mata itu terlihat lelah. Bukan karena pekerjaan, tapi karena kenyataan yang terus memaksanya bangun dan pura-pura baik-baik saja. “Liora, revisi proposalnya udah kamu kirim ke divisi hukum?” Suara Pak Adrian, atasannya, membuyarkan lamunannya. Liora cepat-cepat menutup jendela email yang belum sempat diketik apa pun dan mengangguk kecil. “Sudah, Pak. Tadi pagi.” “Bagus. Kita nggak boleh kecolongan, klien ini bisa jadi proyek besar,” ujarnya sambil berlalu. Liora menarik napas panjang. Ia terbiasa dengan itu tekanan kantor, deadline yang mepet, rekan kerja yang kompetitif. Tapi ada yang berbeda pagi ini. Perutnya seperti diikat dari dalam. Kepalanya teg
Terakhir Diperbarui : 2025-07-30 Baca selengkapnya