Kau Hanya Masa lalu ku, tapi kenapa sangat sulit

Kau Hanya Masa lalu ku, tapi kenapa sangat sulit

last updateLast Updated : 2025-09-07
By:  SenjaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
21Chapters
11views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Liora Ayudina menjalani hidupnya dengan sepi yang rapi. Ia seorang perempuan mandiri, bekerja keras, tidak pernah punya waktu untuk mengeluh. Tapi luka di dalam dirinya masih hidup luka karena cinta yang tidak dijaga. Rayden, pria yang dulu ia jaga sepenuh hati, pergi dengan wanita lain demi status dan ambisi. Cinta mereka hancur di ujung perjanjian sepihak. Bertahun-tahun kemudian, Liora kembali bertemu Rayden dalam proyek kerja kantor.

View More

Chapter 1

Bab 1

Hujan turun tipis sejak pagi, membasahi atap-atap Jakarta yang letih. Genangan kecil mulai terbentuk di tepian trotoar, dan langit kelabu seolah sedang berkabung atas sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Liora menatap layar laptopnya tanpa fokus, jari-jarinya mengetuk meja pelan, menciptakan irama tanpa nada. Di balik kacamatanya, mata itu terlihat lelah. Bukan karena pekerjaan, tapi karena kenyataan yang terus memaksanya bangun dan pura-pura baik-baik saja.

“Liora, revisi proposalnya udah kamu kirim ke divisi hukum?”

Suara Pak Adrian, atasannya, membuyarkan lamunannya. Liora cepat-cepat menutup jendela email yang belum sempat diketik apa pun dan mengangguk kecil.

“Sudah, Pak. Tadi pagi.”

“Bagus. Kita nggak boleh kecolongan, klien ini bisa jadi proyek besar,” ujarnya sambil berlalu.

Liora menarik napas panjang. Ia terbiasa dengan itu tekanan kantor, deadline yang mepet, rekan kerja yang kompetitif. Tapi ada yang berbeda pagi ini. Perutnya seperti diikat dari dalam. Kepalanya tegang. Bukan karena pekerjaan, tapi karena kabar dari bagian partner.

Divisi hukum akan bekerja sama dengan perusahaan teknologi besar yang baru merger. Dan salah satu pemegang saham utamanya adalah Rayden.

Rayden. Nama itu seperti luka lama yang belum sempat dijahit. Terbuka setiap kali disebut. Terbakar setiap kali muncul di benak. Sudah empat tahun berlalu sejak pria itu meninggalkannya. Tanpa alasan. Tanpa penjelasan. Hanya sebuah pesan: “Maaf, aku memilih jalan yang berbeda.”

Setelah itu, sunyi. Rayden menikah dengan wanita dari keluarga konglomerat. Foto-foto bahagia mereka tersebar di media. Pernikahan besar-besaran, disiarkan di televisi, dibanjiri ucapan selamat dari para pengusaha besar. Dan Liora? Ia menonton dari layar ponsel sambil duduk di halte, menahan air mata yang entah jatuh karena hujan atau karena hatinya benar-benar hancur.

“Lo nggak bisa lari selamanya, Lio,” kata Kirana, sahabatnya, saat makan siang.

Liora mengaduk sup panasnya tanpa minat. “Gue nggak lari. Gue cuma… nggak pengin lihat orang yang pernah bikin gue nggak percaya sama cinta.”

Kirana mendesah. “Tapi lo juga nggak bisa terus tinggal di masa lalu. Kalau memang dia bagian dari proyek ini, ya lo hadapin. Bukan buat dia. Buat lo sendiri.”

Liora mengangguk pelan. Ia tahu Kirana benar. Tapi tahu dan siap adalah dua hal yang sangat berbeda.

Sore itu, ia duduk lebih lama di kantor. Menunggu semua orang pulang. Membiarkan kesunyian menyelimuti ruangan. Lalu berdiri pelan, melangkah ke cermin kecil di sudut ruangannya. Menatap bayangannya sendiri.

“Apa aku masih perempuan yang sama setelah semua ini?” bisiknya.

Bayangan itu tak menjawab.

Tapi untuk pertama kalinya, Liora menatap dirinya sendiri tanpa berpaling. Luka itu masih ada. Tapi mungkin, kali ini, ia bisa belajar menyentuhnya tanpa takut hancur lagi.

Ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi masuk dari email perusahaan: Subject: Meeting Internal bersama Tim Integrasi PT Radin Corp.

Nama itu terpampang jelas. Radin Corp perusahaan tempat Rayden berada.

Liora menutup layar. Tangannya gemetar sedikit, tapi ia tetap duduk tenang. Di luar, hujan belum juga reda. Tapi untuk pertama kalinya, ia tidak ingin berlari ke tempat yang kering. Mungkin, ia memang perlu basah sekali lagi agar tahu betapa kuat dirinya bisa bertahan.

Dan di hari yang terasa tak pernah selesai ini, ia memilih untuk tidak menghindar.

Pagi berikutnya datang terlalu cepat. Matahari belum sepenuhnya naik ketika Liora tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Ia butuh ruang. Butuh waktu untuk mempersiapkan diri. Tapi tak peduli seberapa panjang napas ia ambil di ruangannya yang sepi, detak jantungnya tetap berlari lebih dulu. Hari ini adalah hari ia akan bertemu Rayden. Untuk pertama kalinya setelah empat tahun.

Ia tak tahu bagaimana harus bersikap. Harus menyapa atau cukup mengangguk? Haruskah ia berpura-pura tak mengenalnya, atau lebih baik bersikap dingin saja? Semua skenario itu menari liar di benaknya, tak ada satu pun yang terasa tepat.

Saat jarum jam mendekati pukul sembilan, ia turun ke ruang rapat utama. Beberapa kepala dari tim hukum dan merger sudah duduk rapi. Liora mengambil tempat di pojok, membuka laptopnya hanya sebagai tameng.

Pintu terbuka.

Seseorang masuk. Diikuti langkah kaki yang tak asing di telinganya. Waktu tak banyak mengubah sorot matanya. Masih tajam. Masih penuh percaya diri. Tapi kini ada tambahan: dingin. Formal. Jarak yang seolah disengaja. Rayden mengenakan jas hitam dan kemeja abu terang. Sama seperti hari ia pergi dari hidupnya rapi, tak menyisakan ruang untuk tanya.

“Selamat pagi,” sapa Rayden dengan nada netral. Matanya menyapu ruangan… dan berhenti.

Di Liora.

Tatapan itu berlangsung dua detik lebih lama dari seharusnya. Liora menunduk, pura-pura mencatat. Tapi tangannya membeku.

Pertemuan dibuka. Kepala divisi merger memperkenalkan tim masing-masing. Nama-nama disebut, jabatan dijelaskan, strategi dibahas. Dan ketika giliran Liora diperkenalkan sebagai koordinator proyek dari sisi perusahaan hukum…

“Liora Anindya,” ucap Adrian sambil menoleh padanya. “Dia yang akan jadi penghubung langsung dengan pihak Radin Corp.”

Rayden mengangguk. Bibirnya menipis, seolah ingin bicara tapi menahannya. “Senang bekerja sama lagi,” ujarnya pendek.

Liora memaksakan senyum kecil. “Semoga kerjasamanya lancar.”

Dan itu saja. Selesai.

Tapi dalam diam, mereka bicara panjang. Tentang luka. Tentang penyesalan. Tentang masa lalu yang belum tuntas.

Selama dua jam rapat berjalan, Liora mencoba fokus. Tapi kehadiran Rayden di sisi mejanya duduk hanya dua kursi darinya membuat pikirannya kacau. Ia mencatat, menjawab beberapa pertanyaan, bahkan memberi masukan strategi. Tapi di sela-sela itu, ia menangkap tatapan Rayden yang tak sekali-dua kali menoleh padanya.

Selesai rapat, semua orang mulai bubar. Liora mengemasi laptop dan bergegas keluar. Tapi langkahnya tertahan.

“Liora.”

Suara itu. Masih sama. Dalam dan berat.

Ia berbalik pelan. Rayden berdiri di belakangnya. Wajahnya tegang, tapi matanya menyimpan banyak yang belum diucapkan.

“Apa kabar?”

Pertanyaan itu sederhana. Tapi seperti paku yang ditancapkan paksa ke dinding kenangan.

Liora menatapnya lama. “Kamu nggak kehilangan akses media sosial, kan?”

Rayden terdiam.

“Jadi harusnya kamu tahu, aku baik-baik saja,” lanjutnya. “Dan kamu? Sudah cukup bahagia dengan pilihanmu?”

Rayden ingin menjawab, tapi Liora sudah melangkah pergi.

Ia tak ingin mendengar jawaban. Bukan karena tak peduli, tapi karena jawaban apa pun tak akan bisa mengubah kenyataan bahwa ia pernah ditinggalkan tanpa penjelasan.

Sore itu, saat Liora menatap jendela ruangannya, ia tahu satu hal:

Pertemuan ini bukan akhir dari kisah mereka. Tapi juga bukan awal baru.

Ini adalah pengingat, bahwa luka lama tak pernah benar-benar sembuh. Mereka hanya belajar berdampingan dengannya.

Dan Liora? Ia memilih untuk tidak menyerah pada ketakutan yang sama.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
21 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status